Pengikut

Senin, 22 Juni 2020

Prinsip Penyusunan Kurikulum Darurat Covid 19


Oleh:
Mishad


            Adanya pandemi covid-19  berimbas juga ke jantung instrumen pendidikan kita, yaitu kurikulum.  Akibat masa pandemi menyebabkan harus ada penyesuaian perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan kepada peserta didiknya. Sehingga rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan juga akan diselaraskan. Munculnya ide kurikulum darurat adalah untuk merespon situasi dan kondisi pendidikan di tengah wabah korona yang berkepanjangan.
            Kurikulum darurat adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan pada masa darurat. Satuan pendidikan harus memperhatikan rambu-rambu ketentuan yang berlaku serta kondisi keterbatasan masing-masing satuan pendidikan di masa darurat. Kurikulum darurat membuatuhkan suatu panduan. Panduan kurikulum darurat adalah tatacara mengenai mekanisme pembelajaran yang dapat dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Dengan adanya panduan, satuan pendidikan diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran selama masa darurat dengan mengacu padanya.
          Dalam menyusun kurikulum darurat, madrasah dapat melakukan modifikasi dan inovasi pada struktur kurikulum, beban belajar, strategi pembelajaran, penilaian hasil belajar dan lain sebagainya. Pada masa darurat, seluruh siswa harus tetap mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran dari sekolah/ madrasah. Oleh karena diperlukan sebuah kurikulum yang lebih adaptif bagi guru, siswa, dan orang tua pada situasi dan kondisi pandemi ini.
            Ada beberapa prinsip dalam menyusun kurikulum darurat agar bisa diterapkan secara ideal di lapangan, diantaranya adalah: Pertama. Siapa saja bisa menjadi guru dan siswa. Pembelajaran pada masa pandemi, tidak bisa mengandalkan guru sebagai sumber belajar utama. Walaupun rencana ada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka, tapi waktu KBM-nya dikurangi, dan masuknya dengan sistem shift (bergilir). Sehingga dimungkinkan siswa harus banyak otodikdak, bahkan saudara dan orang tuanya juga harus turun tangan mendampingi, terutama siswa SD.
Semua bisa jadi siswa, maksudnya semua juga harus banyak belajar, termasuk guru dan orang tua. Guru dan orang tua harus belajar teknologi dan informasi, karena media belajar daring, dan sedikitnya jam KBM. Kondisi tersebut menuntut guru, siswa, dan orang tua harus berkolaborasi belajar dengan memanfaatkan media dan sumber belajar dari dunia maya. Belajar di dunia maya menuntut guru dan orang tua untuk memahami dan bisa memanfaatkan teknologi informasi.
Kedua, Di mana saja bisa dijadikan kelas. Sering kita diundang di forum webinar dengan mencantumkan tempat di media virtual, seperti zoom/ webex/ goegle meet, dan lai-lain. Itu adalah satu bukti, bahwa  kelas belajar kita banyak memanfaatkan kelas virtual. Bahkan tahun ini penilaian akhir tahun (PAT) di madrasah saya dan di sekolah lain siswanya mengerjakannya dari rumah masing-masing. Artinya bisa jadi ruang tamu, kamar tidur, dapur, bahkan halaman rumah mereka jadi tempat mengikuti PAT. Bahkan ada salah satu peserta PAT di madrasah saya yang berasal dari pelosok desa, harus mendekati area yang terjangkau dari tower milik telkomsel demi memperoleh sinyal yang baik karena di rumahnya listrik padam dan jaringan wifi/ internetnya mati.
Ketiga. Mengkombinasikan antara kelas luring (luar jaringan/tatap muka) dan daring (dalam jaringan/online). Kurikulum  harus dibuat dengan mengkombinasikan strategi mengajar daring dan luring yang efisien. Harapannya, siswa yang datang ke sekolah terlayani, termasuk yang masih harus belajar dari rumah. Kurikulum harus diramu dengan menerapkan strategi KBM yang efisien agar guru tidak kehabisan energi, karena harus melayani siswa yang daring dan luring. Salah satu strategi yang dapat diterapkan, misalnya merekam KBM pada saat KBM luring, kemudian hasilnya disampaikan pada siswa yang belajar daring dari rumah. Merekam tidak harus melalui media video, mungkin juga rekaman suara atau merekam dokumen, dan instrumen belajar yang lain dengan menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan guru dan sarana prasarana yang ada.
Ke-empat. Rancangan pembelajaran berbasis teknologi informasi (IT) secara optimal. Di situs guru berbagi yang dibuat oleh kemendikbud yang juga mengagandeng Kemenag, kita banyak diajari tentang bagaimana merancang pembelajaran yang berbasis pandemi. Di situs guru berbagi, banyak di-share RPP darurat covid yang dilengkapi dengan artikel implementasinya. Konsep implementasi RPP-nya rata-rata memanfaatkan  teknologi informasi. Karena mayoritas di masa pandemi ini pembelajarannya model daring, yang sangat membutuhkan penguasaan IT bagi guru, siswa, dan orang tua.
Di masa liburan akhir tahun pelajaran ini, sekolah harus menyiapkan SDM gurunya untuk lebih baik lagi dalam penguasaan teknologi. Kemungkinan besar pembelajaran model daring akan dilanjutkan lagi di tahun pelajaran 2020-2021, karena sebagian besar daerah di Indonesia masih mayoritas masuk zona kuning, orange, merah, bahkan hitam. Guru harus dibekali kemampuan untuk bisa membuat media pembelajaran, mengoperasikan, dan memberdayakan  e-learning dengan lebih bagus dan variatif. Kita bisa merasakan, pembelajaran daring membuat siswa, orang tua, dan kita sebagai guru mengalami titik jenuh. Maka di masa liburan ini perlu ada evaluasi dan jedah untuk rilek. Kemudian dari hasil evaluasi itu kita perlu untuk mempersiapkan diri untuk tampil lebih baik di tahun ajaran baru, pada bulan Juli tahun 2020 ini.
Ke-lima. Memilih materi esensial. Karena terjadi perampingan jam KBM daring/luring, maka materi yang diajarkan diambil yang penting/esensial saja. Materi non esensial yang masih dianggap perlu bisa disajikan ke siswa melalui penugasan, projek, atau portofolio. Misi Pendidikan karakter juga tetap harus dijalankan dalam kurikulum darurat. Penerapan penguatan karakater siswa bisa dilakukan dengan pemantauan ibadah siswa, kepedulian/kesalehan sosial. Instrumen yang sesuai digunakan untuk memonitor aktivitas ibadah dan sosial siswa bisa menggunakan lembar monitoring yang mereka cek list atau isi, dan dikirim secara periodik ke wali kelas/guru terkait.
Ke-enam. Tetap berpedoman pada kalender pendidikan. Kalender Pendidikan merupakan pegangan penting untuk menuntun dan mengontol road map dari kurikulum pendidikan. Tentu saja kalender pendidkan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum darurat. Fakta di lapangan pembelajaran daring lebih banyak membutuhkan waktu dan toleransi siswa. Mengurus tagihan ke siswa pada KBM daring memerlukan kesabaran dalam hal toleransi dan waktu. Menagih siswa untuk mengumpulkan tagihannya lewat  via e-learning atau jejaring sosial tidak seperti ketika KBM tatap muka. Oleh karena itu kalender Pendidikan harus elastis tidak perlu kakuh, tapi juga tidak boleh terlalu melenceng dari visi yang ada.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, diharapkan kurikulum darurat yang proporsional  bisa didapatkan. Tentu saja jika kurikulum tersebut sudah dibuat di atas kertas, maka yang lebih penting lagi adalah mengawal implementasinya di lapangan. Penerapannya di lapangan juga harus melihat kondisi lembaga pendidikan yang ada, terutama harus melihat kesiapan SDM dan sarana pra sarananya. Tetap semangat mengemban amanah pendidikan, ingat, jangan pantang menyerah dan jangan kasih “kendor”.  Innallaha ma’ana, sesungguhnya Allah, Tuhan yang maha kuasa bersama kita. Wallahua’lam

Tidak ada komentar: