Oleh:
Mishad*
Bonus demografi adalah sebuah fenomena kependudukan yang
ditandai dengan besarnya proporsi penduduk usia produktif di sebuah
tempat/negara. Kondisi ini merupakan fenomena langka yang memberikan
kesempatan emas dalam peningkatan kesejahteraan. Namun disisi lain bonus
demografi juga mengandung resiko bencana jika angkatan kerja usia produktif
tidak mempunyai 'bekal' yang memadai.
Bonus demografi ditandai dengan keadaan dimana struktur
penduduk didominasi oleh usia produktif antara 16-64 tahun dengan pengeluaran
per kapita USD 2 – USD 20 per hari. Merekalah yang nantinya mampu menanggung
mereka yang tidak lagi produktif, karena faktor usia dan lainnya. Beban
tanggungan penduduk berusia produktif (dependency ratio) menjadi kecil, antara
0,4 – 0,5. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif hanya menanggung 40
- 50 penduduk non produktif.
Menurut Arief Hafidiyanto, Pakar Kependudukan dan
Ketenagakerjaan U, tanda-tanda datangnya bonus demografi sudah muncul sejak
beberapa tahun ini. Tingkat kelahiran di Indonesia menurun, diikuti oleh
meningkatnya jumlah penduduk usia produktif. Berdasarkan estimasi para ahli,
porsi penduduk usia produktif pada 2020 akan mencapai 69% dari total populasi.
Menurut pakar demografi, Profesor Sri Murtiningsih Adi Utomo, periode bonus demografi merupakan “Window of Opportunity” yang nantinya sulit terulang kembali di masa depan. Bangsa Indonesia berkesempatan besar memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang ”pengaruh kesejahteraannya” bisa terasa hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Fase yang disebut sebagai window of opportunity (jendela kesempatan) ini tidak akan menjadi “jendela yang bermanfaat” apabila tidak ada upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. Dibutuhkan peran semua elemen bangsa untuk bersama menggerakkan kemajuan serta menabung (saving) kebaikan
Menurut pakar demografi, Profesor Sri Murtiningsih Adi Utomo, periode bonus demografi merupakan “Window of Opportunity” yang nantinya sulit terulang kembali di masa depan. Bangsa Indonesia berkesempatan besar memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang ”pengaruh kesejahteraannya” bisa terasa hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Fase yang disebut sebagai window of opportunity (jendela kesempatan) ini tidak akan menjadi “jendela yang bermanfaat” apabila tidak ada upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. Dibutuhkan peran semua elemen bangsa untuk bersama menggerakkan kemajuan serta menabung (saving) kebaikan
Kondisi Penduduk
Indonesia
Data kependudukan Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia
sudah mulai masuk pada kondisi bonus demografi sejak 2010. Puncak bonus
demografi dapat dinikmati pada rentang tahun 2025-2035. Pada kisaran
tahun tersebut menurut data BKKBN sekitar 70% penduduk Indonesia akan berada di
usia produktif (usia 15-65 tahun). Tanpa bekal moral, kualitas pendidikan,
kesehatan dan etos kerja yang baik, limpahan generasi usia produktif tidak akan
memberikan bonus kesejahteraan.
Di sisi lain, angin dari bonus demografi sudah mulai
dirasakan saat ini. Tingginya pertumbuhan kelas menengah Indonesia, telah
menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi saat ini.Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh BPS, jumlah usia produktif Indonesia
meningkat dari 65% pada tahun 2000 menjadi 66,1% pada tahun 2010. Banyaknya
usia produktif diharapkan mampu menjadi penggerak perekonomian, baik sebagai
tenaga kerja berkualitas maupun pembuka lapangan kerja yang akan menyerap
angkatan kerja.
Jika peran ini mampu dilaksanakan, hal ini akan membantu pemerintah dalam mensubsidi penduduk dengan usia lanjut atau yang masih di bawah 16 tahun. Peningkatan usia produktif juga disertai dengan meningkatnya pendapatan kelompok ini. Tercatat, di 2003 hingga 2010 terjadi kenaikan pengeluaran per kapita kelas menengah Indonesia sebesar 18,8%. Pertumbuhan usia produktif yang menghasilkan kelas menengah Indonesia dengan pendapatan yang meningkat, telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang setiap tahun terus meningkat. Hal ini dikarenakan golongan masyarakat ini membutuhkan ketersediaan konsumsi yang besar. Situasi perekonomian yang kian membaik disertai pertumbuhan penduduk dengan tingkat pendapatan yang meningkat. Apabila peluang bonus demografi dapat dipertahankan dan dimanfaatkan, boleh jadi cita-cita menuju negara maju akan tercapai.
Jika peran ini mampu dilaksanakan, hal ini akan membantu pemerintah dalam mensubsidi penduduk dengan usia lanjut atau yang masih di bawah 16 tahun. Peningkatan usia produktif juga disertai dengan meningkatnya pendapatan kelompok ini. Tercatat, di 2003 hingga 2010 terjadi kenaikan pengeluaran per kapita kelas menengah Indonesia sebesar 18,8%. Pertumbuhan usia produktif yang menghasilkan kelas menengah Indonesia dengan pendapatan yang meningkat, telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang setiap tahun terus meningkat. Hal ini dikarenakan golongan masyarakat ini membutuhkan ketersediaan konsumsi yang besar. Situasi perekonomian yang kian membaik disertai pertumbuhan penduduk dengan tingkat pendapatan yang meningkat. Apabila peluang bonus demografi dapat dipertahankan dan dimanfaatkan, boleh jadi cita-cita menuju negara maju akan tercapai.
Berkaca dari kondisi saat ini, bangsa ini masih mempunyai
banyak agenda pembenahan. Mayoritas angkatan kerja masih berupa tenaga
buruh kasar dengan skill yang rendah. Di sisi lain ada tumpukan lulusan
perguruan tinggi dengan etos kerja yang belum teruji. Jika tidak segera berbenah
maka bonus demografi hanya akan menyumbang bencana.Fase bonus demografi akan
berakhir di 2045, generasi usia produktif akan memasuki usia tua dan tak lagi
produktif. Gagal meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa bonus demografi
artinya Indonesia akan menumpuk beban demografis.
Bila bonus demografi tersebut tidak dimanfaatkan secara
maksimal, akan terjadi ledakan
pengangguran usia produktif. Maka sebaiknya persiapan menyongsong bonus
demografi itu harus dimulai dari sekarang, agar pada waktunya Indonesia tidak
panen “persoalan” tapi “kesejahteraan”.
Kualitas SDM dan Peluang Bonus Demografi
Kualitas sumber daya manusia
setidaknya bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar
hidup untuk semua negara seluruh dunia. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan
oleh United Nation Development Program (UNDP), skor IPM Indonesia telah
mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2011. Tapi skor IPM Indonesia ini
masih tertinggal jika dibandingkan dengan Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei
Darussalam dan Singapura. Masih ada waktu tentunya, untuk menyongsong bonus
demografi menjadi sesuatu yang bermanfaat besar bagi bangsa Indonesia. Mulai
dari sekarang, pemerintah harus fokus mengelola sumber daya manusia, agar siap
dan berdaya guna di tahun 2020 dan seterusnya
Korea Selatan adalah salah satu
negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi dengan baik sehingga
berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Kesuksesan Korsel memanfaatkan
bonus demografi tidak terlepas dari persiapan yang dilakukan menjelang fase
bonus berupa kebijakan "Intellectual capital". Menjelang bonus
demografi Korsel dengan gencarnya memperbanyak tenaga intelek yang akan jadi
nadi pergerakan ekonomi. Dengan bonus demografi negara ini mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dari 7,3% menjadi 13,2%.
Negara lain yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya, yakni Cina yang pertumbuhan ekonominya
sebelum bonus demografi 6% menjadi 9,2 persen, singapura dari 8,2 meningkat
menjadi 13,6, dan Thailand dari 6,6
meningkat tajam menjadi 15,5.
Bonus
demografi tidak hanya memberikan peluang, namun juga tantangan. Jika tidak
mampu memanfaatkan peluang ini, Indonesia akan mengalami jebakan kelas menengah
(Middle income trap), yaitu stagnansi atau bahkan kemunduran dari kelas
menengah menjadi kelas bawah. Filipina dan beberapa negara di Amerika Latin
adalah contoh negara yang masuk dalam jebakan kelas menengah. Sebab
negara-negara tersebut tidak mampu memperbaiki kualitas sumber daya manusianya,
sehingga tidak mampu menciptakan produk-produk inovatif yang berdaya saing
untuk industrinya.
Jurus Pendidikan
Syarat agar
Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan mempersiapkannya
sejak perencanaan sampai dengan implementasinya di tingkat lapangan. Strategi
yang dapat dilakukan dalam bidang pendidikan adalah dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas pendidikan. Langkah-langkah peningkatan kualitas dan
kuantitas pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa Jurus. Pertama,
Mengoptimalkan anggaran
bidang Pendidikan yang mencapai 20% dari nilai APBN untuk peningkatan kulitas
SDM, utamanya SDM yang akan masuk dalam bursa kerja dengan memperbanyak cakupan
pendidikan kejuruan dan ketrampilan serta melalui Balai-balai Latihan Kerja
terutama di pusat-pusat pertumbuhan dengan melibatkan pihak swasta (industri, perkebunan,
pertambangan,dan lain-lain) dengan sistem pemagangan.
Kedua, Diperlukan kebijakan revitalisasi
pendidikan dunia kerja, guna memenuhi tantangan ketenagakerjaan dalam
menghadapi keterbukaan pasar kerja ASEAN 2015, di mana tenaga kerja asal negara
ASEAN dari luar bebas bekerja di Indonesia dan sebaliknya. Termasuk siap
menghadapi era perdagangan bebas asia pasifik yang digagas oleh APEC.
Ketiga, segera menanggulangi
permasalahan-permasalahan pendidikan yang mendesak, seperti tidak meratanya
pendidikan di seluruh wilayah, minimnya fasilitas yang mendukung untuk
pendidikan, harga pendidikan yang tinggi, kualitas guru yang rendah, pendidikan
yang masih tanpa karakter dan lain-lain.
Keempat, Penguasaan
teknologi bagi pendidik dan peserta didik. Saat ini pemanfaatan teknologi dalam
dunia pendidikan seperti dalam kegiatan belajar mengajar sampai administrasi
pendidikan, menjadi sebuah momok dalam dunia pendidikan di Indonesia, bagaimana
tidak?. Indonesia beramai-ramai saat ini mengadaptasi pendidikan dari luar
negeri yang sistem pendidikannya dinggap bagus seperti Singapura, Jepang,
Amerika sampai dengan Australia sebagai upaya proses modernisasi. Modernisasi
itu meliputi kurikulumnya, kegiatan belajar mengajarnya, manajerialnya sampai
dengan metode pengevaluasian peserta didik, namun pengadaptasian itu tidak
diimbangi dengan pemanfaatan teknologi berbasis budaya lokal sehingga
ketimpangan dan ketidakberdayaan Indonesia dalam menyeimbangkan proses
adapatasinya menjadikan tujuan pendidikan menjadi bias dan terkendala mulai
dari jarak, ruang dan waktu dalam pemanfaatan teknologi ini. Oleh karena itu,, penguasaan
teknologi adalah sebuah keharusan bagi guru dan murid dengan tanpa meninggalkan
kearifan lokal (adat istiadat yang baik) dan penanaman akhlak mulia.
Penanaman adat istiadat yang
baik dan akhlak mulia sangat penting untuk mencetak generasi emas (golden generation) harapan bangsa yang
diperkirakan periodenya bersamaan dengan masa bonus demografi, yaitu sekitar
tahun 2030. Generasi emas menurut saya adalah generasi yang ber-IMTAQ baik dan
ber-IPTEKS tinggi. Jika generasi emas seperti ini terwujud, maka bonus
demografi tersebut akan menjadi panen demografi. Generasi kita tidak hanya akan
meningkat kesejahteraannya tapi juga akan meningkat karakter akhlak mulia dan
ke-riligiusan mereka. Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar