Pengikut

Kamis, 13 Desember 2012

Inspirasi Bagi Kaum Muda

Oleh:
Mishad Khoiri

Meski baru berusia 15 tahun, dia memiliki segudang pengalaman dibandingkan teman seusianya. Ia dipercaya menjadi wali kota Allar, sebuah kota kecil di Tepi Barat Utara, Palestina, sejak 2 Juli hingga 2 September 2012 lalu.
Seperti yang diberitakan oleh http://news.liputan6.com, semuanya bermula saat dirinya menantang wali kota yang sedang menjabat untuk memberi kesempatan kepada kaum muda. Dia minta wali kotanya, Sufiyan Shadid memberi waktu sepekan kepadanya untuk menjabat wali kota dan dia mengizinkan. Wali Kota Sufiyan Shadid tidak hanya memberikan waktu sepekan, tetapi dua bulan bagi dirinya untuk memerintah kota yang berpenduduk sekitar 8.000 jiwa itu. Wanita kelahiran Agustus 1996 ini mengaku melakukan banyak hal bagi warga kotanya selama masa kepemimpinannya yang singkat itu, seperti mendirikan pabrik, taman kota, serta memperkuat pertahanan sipil.
Remaja putri dalam cerita di atas adalah Bashaer Othman, seorang pemudi dari Palestina ini menjadi wali kota termuda di dunia. Prestasi yang ditorehkan Bashaer bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia, terutama anak muda Indonesia. Kehadiran Bashaer Othman ke Indonesia, diharapkan dapat menginspirasi akan pentingnya generasi muda untuk  bertanggung jawab dan berperan serta dalam membangun negara.
Ada hal yang menarik bagi Bashaer tentang Indonesia, yaitu nama Soekarno tak asing bagi Bashaer Othman. Presiden pertama Indonesia itu menjadi salah satu tokoh yang menginspirasinya. "Tidak hanya menginspirasi saya, tapi juga para pemuda di Palestina," kata dia kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 14 September 2012 lalu. Menurut dia, Bung Karno merupakan sosok yang terkenal di negaranya. Bung Karno-lah tokoh dunia yang pertama mengakui kemerdekaan Palestina.  Pidato Soekarno yang monumental “Beri Aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!  menjadi inspirasi bagi para pemuda atau pemudi di seluruh dunia, termasuk pemudi Islam seperti Bashaer.           
Perhatian Islam yang besar terhadap generasi muda menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang sangat penting dan masa yang paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun dari kekuatan jasmaninya.
             Sosok pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa ada pada lini terdepan dalam sejarah bangsa. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamsi Kemerdekaan R.I 1945, Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru 1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1998. Bahkan masyarakat Internasional menyadari arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) dalam pembangunan.
Pada periode lahirnya syari’at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan dakwah Islamiyah. Sebut saja Zaid bin Tsabit, shahabat Nabi yang tidak sempat turut dalam Perang Badr dan Uhud karena usianya yang masih muda, namun karena kesungguhan dirinya mampu menjadi pemuda cemerlang yang diangkat sebagai sekretaris Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang menguasai banyak bahasa, diantaranya Ibrani dan Suryani. Atau mungkin ada Usamah bin Zaid bin Haritsah, putera salah satu shahabat senior, Zaid bin Haritsah. Usamah yang waktu itu berusia kurang dari 20 tahun telah diutus oleh Nabi untuk menjadi komandan pasukan perang yang menyerbu daerah Romawi.
Akan tetapi, mengapa kondisi saat ini pemuda kaum muslimin mengalami kemunduran? Kini sepertinya mayoritas pemuda Islam begitu lemah dan kurang kelihatan peranannya di dunia. Para pemuda Islam telah terlena dengan dunia yang pada akhirnya pribadi mereka menjadi lemah. Rupanya cinta dunia dan takut mati, merupakan penyakit kronis yang juga menggrogoti jiwa pemuda kita, hingga mereka terjerat dalam gemerlapnya dunia pemuja harta, tahta, dan wanita.
Hal ini terjadi karena saat ini para pemuda Islam telah kehilangan figur teladan dalam kehidupan mereka. Saat ini banyak diantara pemuda kaum muslimin terjangkit virus globalisasi yang akhirnya menghilangkan sosok-sosok pemuda luar biasa sepanjang sejarah dari dunia Islam. Bahkan yang diidolakan adalah artis-artis yang merupakan produk-produk ke-glamour-an dunia. Saat ini pemuda banyak menirukan gaya hidup tidak baik dan bertabiat buruk dari tradisi barat-sebagai dampak westernisasi. Tumbuhlah jiwa-jiwa kapitalisme yang menumbuhkan perilaku hedonisme, hura-hura, foya-foya, pergaulan bebas, narkoba, dan kemaksiatan lainnya. Kita kehilangan sosok pemuda seperti Usamah bin Zaid sang komandan, Tariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Mas’ud yang amanah, Abdullah bin Abbas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, Ali bin Abi Thalib yang perkasa, dan Muhammad al-Fatih sang penakluk.
Tentunya tidak berguna lagi jika kita meratapi apa yang terjadi pada pemuda Islam masa kini. Sekarang yang kita butuhkan adalah sebuah tindakan perubahan dan solusi. Mengubah karakter pemuda kita dari pemuda yang terjerat virus globalisasi dan kapitalisme menjadi generasi rabbani yang kokoh dan tak tertandingi. Sehingga, seluruh komponen mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat Islam harus bersinergi dan bertanggung jawab untuk mewujudkan generasi muslim yang berkualitas dan berperilaku Islami.
Menurut Mukhtar Ali, ada beberapa indikator yang bias kita jadikan acuan untuk membentuk pemuda muslim yang berkualitas, yaitu :Pertama, Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Aqidah Islam tegak berdasarkan peng-Esaan kepada Alloh, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta, pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang akan menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya, dan inti dari aqidah adalah Tauhid
Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para sholih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub ‘Alaihi Salam ketika hampir wafat, patut kita teladani dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus. Waktu itu, Yaqub bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalanku?” semua anak-anaknya menjawab, kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail, Ishak yakni Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan kami berserah diri kepada-Nya (kisah ini diabadikan dalam Al Qur’an Surat  Al Baqarah : 133).
Demikian pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur’an yang artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Alloh) sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. 31 Lukman : 13).
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah aqidah yang benar, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar. Dalam satu hadits Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Mukmin yang sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah).
Kedua, menempa diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah Islam. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, Alloh berfirman yang artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-4).
Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda, Rosul yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia mendatangi Rosululloh dan berkata, “Ya Rosululloh, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Alloh di bawah panji-panjimu”.
Rosululloh yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung dengan pasukan muslim. Anak muda itu (Zaid bin Tsabit ra.) Rosululloh pun kemudian memberikan tugas kepadanya. “Zaid pergilah belajar tulisan Yahudi”. Zaid kemudian belajar bahasa Ibrani. Maka kemudian ia sangat fasih berbahasa Ibrani dan menjadi sekretaris Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam . Rosululloh juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa Syria. Demikian Zaid mempunyai fungsi penting ketika Rosululloh berunding dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa bahasa Arab.
Ketiga, dari ciri pemuda yang diharapkan di dalam Islam adalah memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada masa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam  para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal, ada yang terampil dalam berdagang, berperang dan sebagainya yang semua ini tentu saja amat berguna.
Kepada mereka yang memang terampil, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah guna mengembangkan keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid telah menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak segan-segan mengangkatnya menjadi panglima perang meskipun umurnya baru 17 tahun, sementara Mush’ab bin Umair yang terampil dalam dakwah, ditugaskan beliau untuk dakwah ke Yatsrib (Madinah).
Ciri keempat, memiliki tanggung jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatannya. Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa tanggung jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam Al Qur’an dalam sejumlah ayatnya “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. 74 Al Mudatsir : 38).
Untuk mewujudkan pemuda yang berkualitas itu, maka paling tidak ada tiga institusi yang mempunyai pengaruh sangat efektif, yaitu: pertama, Keluarga, dalam pengertian sempit mencakup kedua orang tua, saudara dan kerabat. Dalam pengertian luas mencakup teman, tetangga, masyarakat secara keseluruhan. Kedua,Masjid, memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dalam berhubungan dengan sang Pencipta. Ketiga,, Sekolah, meliputi unsur-unsur yang ada didalamnya, buku, peralatan, methode, gedung dan hal-hal yang mempengaruhi murid.
Para pemuda sangat dituntut untuk mempersiapkan dirinya guna menyongsong masa depan agama, bangsa dan negara yang cerah. Tentunya kaum tua juga harus mendukung dengan cara memberi kesempatan kepada yang muda untuk memimpin. Support lain kaum tua terhadap yang muda adalah memberi motivasi dan mendo’akan agar generasi muda kita menjadi generasi sholeh dan sholihah yang siap memperjuangkan agama, bangsa , dan negara. Di tengah-tengah krisis pemuda yang kreatif dan mampu memimpin, ada baiknya kita belajar dari Bashaer Othman.  Cerita tentang Bashaer Othman di atas hendaknya dapat menjadi inspirasi kaum muda untuk lebih semangat berkreasi dan berbuat banyak untuk umat dengan menunjukkan keberanian bertindak termasuk berani menjadi pemimpin. Tentu saja menjadi pemimpin yang jujur, adil dan memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi umat. Wallohu a’lam

Tidak ada komentar: