Oleh:
Mishad Khoiri
Meski baru berusia 15 tahun, dia
memiliki segudang pengalaman dibandingkan teman seusianya. Ia dipercaya menjadi
wali kota Allar, sebuah kota kecil di Tepi Barat Utara, Palestina, sejak 2 Juli
hingga 2 September 2012 lalu.
Seperti yang diberitakan oleh http://news.liputan6.com,
semuanya bermula saat dirinya menantang wali kota yang sedang menjabat untuk
memberi kesempatan kepada kaum muda. Dia minta wali kotanya, Sufiyan Shadid
memberi waktu sepekan kepadanya untuk menjabat wali kota dan dia mengizinkan. Wali
Kota Sufiyan Shadid tidak hanya memberikan waktu sepekan, tetapi dua bulan bagi
dirinya untuk memerintah kota yang berpenduduk sekitar 8.000 jiwa itu. Wanita
kelahiran Agustus 1996 ini mengaku melakukan banyak hal bagi warga kotanya
selama masa kepemimpinannya yang singkat itu, seperti mendirikan pabrik, taman
kota, serta memperkuat pertahanan sipil.
Remaja putri dalam cerita di atas adalah Bashaer Othman, seorang pemudi dari Palestina ini menjadi
wali kota termuda di dunia. Prestasi yang ditorehkan Bashaer bisa menjadi
inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia, terutama anak muda Indonesia.
Kehadiran Bashaer Othman ke Indonesia, diharapkan dapat menginspirasi akan
pentingnya generasi muda untuk bertanggung jawab dan berperan serta dalam
membangun negara.
Ada
hal yang menarik bagi Bashaer tentang Indonesia, yaitu nama Soekarno tak asing
bagi Bashaer Othman. Presiden pertama Indonesia itu menjadi salah satu tokoh
yang menginspirasinya. "Tidak hanya menginspirasi saya, tapi juga para
pemuda di Palestina," kata dia kepada Tempo di Jakarta, Jumat, 14
September 2012 lalu. Menurut dia, Bung Karno merupakan sosok yang terkenal di
negaranya. Bung Karno-lah tokoh dunia yang pertama mengakui kemerdekaan
Palestina. Pidato Soekarno yang
monumental “Beri
Aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia! menjadi inspirasi bagi para pemuda atau
pemudi di seluruh dunia, termasuk pemudi Islam seperti Bashaer.
Perhatian Islam yang besar terhadap
generasi muda menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang sangat penting
dan masa yang paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu
umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah
masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik
dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun dari kekuatan jasmaninya.
Sosok
pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa
ada pada lini terdepan dalam sejarah bangsa. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah
Pemuda 1928, Proklamsi Kemerdekaan R.I 1945, Perubahan dari Orde Lama ke Orde
Baru 1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1998. Bahkan masyarakat
Internasional menyadari arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen
perubahan (agent of change) dalam
pembangunan.
Pada periode lahirnya syari’at Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallohu
‘Alaihi Wasallam, generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam
menyebarluaskan dakwah Islamiyah. Sebut saja Zaid
bin Tsabit, shahabat Nabi yang tidak sempat turut dalam Perang Badr dan
Uhud karena usianya yang masih muda, namun karena kesungguhan dirinya mampu
menjadi pemuda cemerlang yang diangkat sebagai sekretaris Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang menguasai banyak bahasa,
diantaranya Ibrani dan Suryani. Atau mungkin ada Usamah bin Zaid bin Haritsah,
putera salah satu shahabat senior, Zaid bin Haritsah. Usamah yang waktu itu
berusia kurang dari 20 tahun telah diutus oleh Nabi untuk
menjadi komandan pasukan perang yang menyerbu daerah Romawi.
Akan
tetapi, mengapa kondisi saat ini pemuda kaum muslimin mengalami kemunduran? Kini
sepertinya mayoritas pemuda Islam begitu lemah dan kurang kelihatan peranannya di dunia. Para pemuda Islam telah terlena
dengan dunia yang pada akhirnya pribadi mereka menjadi lemah. Rupanya cinta dunia dan takut mati, merupakan penyakit
kronis yang juga menggrogoti jiwa pemuda kita, hingga mereka terjerat dalam
gemerlapnya dunia pemuja harta, tahta, dan wanita.
Hal ini terjadi karena saat ini para pemuda Islam telah
kehilangan figur teladan dalam kehidupan mereka. Saat ini banyak diantara
pemuda kaum muslimin terjangkit virus globalisasi yang akhirnya
menghilangkan sosok-sosok pemuda luar biasa sepanjang sejarah dari dunia Islam.
Bahkan yang diidolakan adalah artis-artis
yang merupakan produk-produk ke-glamour-an dunia. Saat
ini pemuda banyak menirukan gaya hidup tidak baik dan bertabiat buruk dari
tradisi barat-sebagai dampak westernisasi. Tumbuhlah jiwa-jiwa kapitalisme yang
menumbuhkan perilaku hedonisme, hura-hura, foya-foya, pergaulan
bebas, narkoba, dan kemaksiatan lainnya. Kita kehilangan sosok pemuda seperti
Usamah bin Zaid sang komandan, Tariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Mas’ud
yang amanah, Abdullah bin Abbas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, Ali
bin Abi Thalib yang perkasa, dan Muhammad al-Fatih sang penakluk.
Tentunya
tidak berguna lagi jika kita meratapi apa yang terjadi pada pemuda Islam masa
kini. Sekarang yang kita butuhkan adalah sebuah tindakan perubahan dan solusi.
Mengubah karakter pemuda kita dari pemuda yang terjerat virus globalisasi dan kapitalisme
menjadi generasi rabbani yang kokoh dan
tak tertandingi. Sehingga, seluruh komponen mulai dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat Islam harus bersinergi dan bertanggung jawab untuk mewujudkan
generasi muslim yang berkualitas dan berperilaku Islami.
Menurut
Mukhtar Ali, ada beberapa indikator yang bias kita jadikan acuan untuk
membentuk pemuda muslim yang berkualitas, yaitu :Pertama,
Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Aqidah Islam tegak berdasarkan
peng-Esaan kepada Alloh, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta,
pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang
akan menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya,
dan inti dari aqidah adalah Tauhid.
Tauhid
menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para sholih terdahulu yang tidak
boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub ‘Alaihi Salam ketika hampir wafat, patut kita teladani dalam
mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus. Waktu itu, Yaqub bertanya kepada
anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalanku?” semua anak-anaknya
menjawab, kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail,
Ishak yakni Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan kami berserah diri kepada-Nya (kisah
ini diabadikan dalam Al Qur’an Surat Al
Baqarah : 133).
Demikian
pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur’an yang
artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Alloh)
sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar”
(QS. 31 Lukman : 13).
Dasar
pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah aqidah yang benar, karena akhlak tersarikan
dari aqidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda beraqidah
dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak
benar. Dalam satu hadits Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi Wasallam bersabda: “Mukmin yang sempurna imannya, adalah yang
paling baik akhlaknya” (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah).
Kedua,
menempa diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah
Islam. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara
terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan
tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallohu
‘Alaihi Wasallam, Alloh berfirman yang artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-4).
Betapa
pentingnya ilmu bagi seorang pemuda, Rosul yang mulia senantiasa memotivasi
umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah
seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati
barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia mendatangi Rosululloh
dan berkata, “Ya Rosululloh, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku
untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Alloh di bawah panji-panjimu”.
Rosululloh
yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk
pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung
dengan pasukan muslim. Anak muda itu (Zaid bin Tsabit ra.) Rosululloh pun
kemudian memberikan tugas kepadanya. “Zaid pergilah belajar tulisan Yahudi”.
Zaid kemudian belajar bahasa Ibrani. Maka kemudian ia sangat fasih berbahasa
Ibrani dan menjadi sekretaris Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi Wasallam . Rosululloh juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa
Syria. Demikian Zaid mempunyai fungsi penting ketika Rosululloh berunding dan
berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa bahasa Arab.
Ketiga,
dari ciri pemuda yang diharapkan di dalam Islam adalah memiliki keterampilan
dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam upaya
mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada
masa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi
Wasallam para sahabat telah
menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal, ada yang terampil dalam
berdagang, berperang dan sebagainya yang semua ini tentu saja amat berguna.
Kepada mereka
yang memang terampil, Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi Wasallam sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah
guna mengembangkan keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid telah
menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak
segan-segan mengangkatnya menjadi panglima perang meskipun umurnya baru 17
tahun, sementara Mush’ab bin Umair yang terampil dalam dakwah, ditugaskan
beliau untuk dakwah ke Yatsrib (Madinah).
Ciri keempat, memiliki tanggung
jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya
tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatannya.
Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa tanggung
jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Prinsip tanggung
jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam Al Qur’an dalam
sejumlah ayatnya “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya” (QS. 74 Al Mudatsir : 38).
Untuk
mewujudkan pemuda yang berkualitas itu, maka paling tidak ada tiga institusi
yang mempunyai pengaruh sangat efektif, yaitu: pertama, Keluarga, dalam
pengertian sempit mencakup kedua orang tua, saudara dan kerabat. Dalam
pengertian luas mencakup teman, tetangga, masyarakat secara keseluruhan. Kedua,Masjid,
memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dalam berhubungan dengan sang
Pencipta. Ketiga,, Sekolah, meliputi unsur-unsur yang ada didalamnya, buku,
peralatan, methode, gedung dan hal-hal yang mempengaruhi murid.
Para
pemuda sangat dituntut untuk mempersiapkan dirinya guna menyongsong masa depan
agama, bangsa dan negara yang cerah. Tentunya kaum tua juga harus mendukung
dengan cara memberi kesempatan kepada yang muda untuk memimpin. Support lain kaum tua terhadap yang muda
adalah memberi motivasi dan mendo’akan agar generasi muda kita menjadi generasi
sholeh dan sholihah yang siap memperjuangkan agama, bangsa , dan negara. Di
tengah-tengah krisis pemuda yang kreatif dan mampu memimpin, ada baiknya kita
belajar dari Bashaer Othman. Cerita tentang Bashaer Othman di atas
hendaknya dapat menjadi inspirasi kaum muda untuk lebih semangat berkreasi dan
berbuat banyak untuk umat dengan menunjukkan keberanian bertindak termasuk berani
menjadi pemimpin. Tentu saja menjadi pemimpin yang jujur, adil dan memberi
manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi umat. Wallohu
a’lam