Pengikut

Selasa, 28 Februari 2012

Pendidikan Anti Korupsi

Oleh: Mishad Khoiri*


Sandiwara perjalanan penegakan hukum di negeri ini kelihatannya menjadi tontonan yang mengkhawatirkan, terutama bagi anak didik kita. Betapa tidak, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi menu utama yang menghiasi media kita. Anggap saja kasus-kasus besar seperti skandal Bank Century, skandal Artalita, Gayus Tambunan, Nazarudin, sampai Nunun Nurbaety menjadi head line media massa.. Kasus-kasus besar tersebut penanganan hukumnya belum pernah berakhir tuntas. Skandal bank century yang merugikan uang negara 6 triliun rupiah lebih belum jelas aktor pelaku utamanya. Gayus Tambunan yang dipenjara bisa keluyuran melihat pertandingan tenis sampai Bali. Artalita yang tersandung kasus suap di kejagung juga bisa menikmati fasilitas mewah di hotel pordeo. Sementara penanganan kasus korupsi terhadap Nazarudin dan Nunun Nur Baety juga belum jelas benang merahnya.

Kekhawatiran kita sebagai orang tua dan pendidik adalah munculnya persepsi yang negatif pada anak didik kita terhadap kasus korupsi. Persepsi negatif itu antara lain adalah korupsi itu biasa, buktinya berita korupsi tiap hari ada. Korupsi itu resikonya kecil, buktinya banyak pelaku korupsi yang di hukum ringan atau bahkan bebas dari hukuman. Korupsi itu walaupun dihukum tapi tetap enak, buktinya Gayus dihukum tapi masih bisa pelesiran ke Bali dan Artalita meskipun di penjara tetap bisa mendapat fasilitas mewah.

Saya yakin, tidak semua anak didik kita “terusik” oleh sandiwara retaknya tiang penegakan hukum kita terhadap penanganan kasus korupsi. Tapi harus kita ingat, bahwa “warisan budaya” oleh pendahulu kita itu dapat menurun pada generasi penerusnya. Jika para tokoh partai, pengusaha, dan petinggi negara memberi tontonan perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme pada kita, maka wajar bagi kita untuk mewaspadainya. Cita-cita kita harus sama, yaitu menghapus dan memutus warisan budaya korupsi kepada generasi selanjutnya, terutama anak didik kita.


Pengertian Korupsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi berarti busuk; palsu; suap. Korupsi merupakan

tindakan yang dapat menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan efek yang luar biasa seperti hancurnya perekonomian, rusaknya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Korupsi di Indonesia sudah membudaya tanpa proses peradilan yang terbuka dan kredibel. Semua pihak yang terkait dengan sebuah kasus korupsi seakan menutup mata dan lepas tangan seolah-olah tanpa terjadi apa-apa. Tindakan korupsi mulai dari yang paling besar oleh para pejabat negeri ini sampai kepada yang paling kecil seperti pada oknum kepala desa, oknum kepala sekolah dan oknum pegawai rendahan. mulai dari proses penyuapan berjumlah puluhan ribu rupiah yang biasa terlihat di jalanan sampai pada kasus menggelapkan uang negara dengan jumlah triliunan.

Pengertian korupsi dapat menjadi lebih luas lagi. Perbuatan seperti berbohong, menyontek di sekolah, mark up, memberi hadiah sebagai pelicin dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tindakan korupsi merupakan sekumpulan kegiatan yang menyimpang dan dapat merugikan orang lain. Kasus-kasus korupsi seperti ini sangat banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung sudah membudaya. Jika diperhatikan, hampir disemua aspek kehidupan bangsa ini terlibat korupsi. Dari lembaga pendidikan sampai lembaga keagamaan sekalipun. Di lingkungan sekolah sangat banyak ditemui praktek-praktek korupsi, mulai dari yang paling sederhana seperti mencontek, berbohong, melanggar aturan sekolah, terlambat datang sampai pada menggelapkan uang sekolah pembangunan sekolah yang bernilai puluhan juta rupiah.


Melihat Tingkat Korupsi di Indonesia

Tingkat korupsi suatu negara dapat diukur dari Indek Persepsi Korupsi (IPK). Data tahun 2009 menunjukan bahwa Indonesia berada pada papan bawah dengan Indek Persepsi Korupsi (IPK) 2,8. Skala IPK mulai dari 1 sampai 10, semakin besar nilai IPK suatu negara maka semakin bersih negara tersebut dari tindakan korupsi. Dari data yang diperoleh dari Transparency International Corruption Perception Index 2009 tersebut, IPK Indonesia sama dengan negara lainnya pada urutan 111 seperti Algeria, Djibouti, Egypt, Kiribati, Mali, Sao Tome and Principe, Solomon Islands dan Togo. Angka ini menyimpulkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang masih serius dan belum lepas dari persoalan korupsi.

Pada saat ini, ada indikasi terjadinya sikap apatis masyarakat terhadap tindakan korupsi. Masyarakat seakan telah jenuh dan terbiasa dengan kasus-kasus korupsi yang mencuat kepermukaan. Tidak ada sanksi moral dari masyarakat terhadap para koruptor. Bahkan, secara tak langsung budaya korupsi telah merajalela ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pada setiap aspek kehidupan, selalu ditemui budaya korupsi yang telah mengakar dan menjadi kebiasaan lumrah setiap orang. Masyarakat harus sadar bahwa uang yang dikorupsi oleh para koruptor merupakan uang rakyat. Uang rakyat tersebut seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, membiayai pendidikan, kesehatan, membuka lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, air dan lain-lain. Masyarakat harus mengetahui besarnya akibat yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi tersebut, pendidikan menjadi mahal, begitu juga dengan pelayanan kesehatan, transportasi menjadi tidak aman, rusaknya infrastruktur dan yang paling berbahaya adalah meningkatnya angka pengangguran sehingga berkolerasi kepada angka kriminalitas.

Pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 29 Desember tahun 2002 merupakan sebuah itikad baik dari pemerintahan saat itu. KPK menjadi harapan baru bagi indonesia untuk mengobati penyakit bangsa yang sudah kronis. Namun, banyak pihak yang menyangsikan KPK akan mampu memberantas korupsi. Pada awal pendiriannya, banyak pihak yang meragukan sepak terjang KPK. Hal ini cukup beralasan, karena KPK sebagai sebuah lembaga independen beranggotakan orang-orang yang ditunjuk oleh Presiden dan disetujui oleh DPR. Beberapa kalangan yang beranggapan bahwa KPK akan tebang pilih dalam menjalankan tugasnya sebagai pengadil para koruptor. Terlepas dari itu, KPK tetap menjadi tumpuan harapan bagi bangsa ini untuk membongkar kasus korupsi dan memenjarakan para koruptor yang terlibat.


Bagaimana Menanamkan Jiwa Pendidikan Korupsi Pada Anak?

Wage Rudolf Supratman, sang komponisl lagu kebangsaan Indonesia Raya, memberi pesan penting bagi bangsa Indonesia lewat lagu gubahannya. “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”. Penggalan lagu Indonesia Raya tersebut mengandung pesan untuk mendahulukan pembangunan jiwa (spiritual) dulu dari pada badan (material). Pembangunan jiwa atau karakter masyarakat merupakan pondasi utama sebelum membangun yang lain, termasuk pada anak didik kita. Jika kita menginginkan siswa dan siswi kita yang akan mewarisi keberlanjutan pembangunan bangsa ini, maka jiwa mereka perlu dibentuk menjadi anak didik yang memiliki karakter yang cerdas dan mulia, termasuk membekalinya dengan pendidikan anti korupsi.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan anti korupsi pada anak didik antara lain adalah:

1. Pembinaan akhlakul karimah

Usaha ini bisa dilakukan dengan cara menanamkan sikap kejujuran, sopan santun, dan tanggung jawab pada anak didik. Langkah ini bisa dilakukan dengan cara memfungsikan dan memanfaatkan bidang kesiswaaan dan keagamaan di sekolah. Program yang bisa dilakukan adalah penciptaan kultur akhlak mulia melalui pelatihan ESQ, out bond training, pengajian, sholat berjamaah, dan mempraktekannya dalam perilaku hidup sehari-hari. Penananaman akhlakul karimah pada anak didik juga bisa dilakukan dengan program kantin kejujuran. Ide kantin kejujuran adalah untuk melatih kejujuran siswa dalam bertransaksi walaupun tanpa pengawasan petugas kantin/koperasi siswa.

2. Menegakkan tata tertib sekolah

Sekolah harus mensosialisaikan bahwa tata tertib itu indah dan bukan untuk dilanggar. Supaya tata tertib sekolah bisa konsisten, maka peran seluruh guru sangat diperlukan untuk mensukseskannya. Jangan sampai ada standar ganda (ketidak samaan persepsi antar komponen sekolah) dalam menegakkan tata tertib sekolah. Idealnya seluruh komponen sekolah harus kompak dan sepaham dalam menegakkan tata tertib. Agar timbul motivasi siswa untuk ta’at terhadap tata tertib, maka perlu ada “reward” dan “punishment”. Siswa yang taat diberi penghargaan sedangkan yang melanggar ada hukuman atau point pelanggaran. Jika terpaksa ada siswa yang dihukum, maka diharapkan menghukumnya adalah masih dengan cara yang mendidik.

3. Menanamkan budaya anti mencontek

Belajar adalah kegiatan utama siswa di sekolah. Untuk mengetahui hasil belajar, maka diperlukan ujian atau tes. Salah satu syarat penting terukurnya pencapaian hasil belajar adalah kejujuran siswa. Jika terjadi kasus pencontekan di kelas, maka bisa jadi siswa yang sudah belajar bersungguh-sungguh nilai hasil belajarnya dikalahkan oleh siswa yang mencontek. Terjadilah ketidak adilan. Mencontek di kalangan siswa harus diperangi. Caranya bisa dilakukan dengan sangsi yang tegas bagi pelakunya. Cara lain yang bisa ditempuh adalah memasang slogan anti mencontek di kelas dan sudut-sudut dinding gedung sekolah.

4. Memasukkan materi anti korupsi di setiap materi pelajaran

Usaha ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai anti korupsi pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) masing-masing guru. Instrumen lain yang bisa dimanfaatkan adalah rubrik penilaian afektif. Penilaian sikap siswa bisa digunakan untuk mengevalusi karakter siswa. Maksudnya kita diharapkan bisa mendesaian ulang kurikulum masing-masing mata pelajaran dengan muatan anti korupsi. Langkah ini yang sempat terdengar kabar santer akan diterapkan secara resmi di sekolah oleh kemendiknas. Program kemendiknas itu adalah kurikulum pendidikan anti korupsi di sekolah yang konon akan segera diterapkan oleh pemerintah.

5. Menanamkan prinsip keteladanan

Ing Ngarso Sung Tulodho “Di depan memberi contoh” begitu pesan Ki Hajar Dewantoro. Guru adalah sosok yang harus pantas untuk dicontoh. Keteladanan guru merupakan modal utama dalam mendidik siswa. Pendidikan anak lebih berhasil dengan cara diberi contoh, bukan hanya diajar dan diberitahu, tapi siswa harus diajak dan diberikan model. Kebanyakan, siswa yang berkualitas dan berprestasi akan lahir dari guru yang berkualitas pula. Siswa yang berakhlak mulia juga mayoritas lahir dari didikan seorang guru yang tawadhu’. Maka, wasapadalah segala tingkah laku guru kecenderungannya akan dicontoh oleh siswanya. Ada pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari.

Keberhasilan penanaman pendidikan anti korupsi akan efektif jika didukung oleh 3 pilar lingkungan pendidkan, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah siswa bisa dididik untuk tidak korupsi dengan cara mena’ati aturan sekolah dan tidak mencontek. Di rumah, anak bisa dididik untuk tidak korupsi dengan cara menanyakan uang kembalian jika setelah dimintai membeli sesuatu tapi tidak melaporkan uang kembaliannya. Di masyarakat penanaman jiwa anti korupsi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Pesan agama pada kita adalah untuk mencari lingkungan yang baik sebelum mendirikan/membeli rumah “Al Jaar Qobla Daar”. Jika tiga komponen lingkungan pendidikan ini saling bersinergi untuk mendukung penanaman pendidikan anti korupsi pada anak didik kita, maka diharapkan pada beberapa tahun mendatang warisan budaya negatif itu akan segera terputus dan berakhir pada generasi kita selanjutnya. Semoga. Wallohua’lam.

Lelaki Kiriman Malaikat

Oleh:

Mishad Khoiri

“Astaghfirulloh“ kata itu lirih terucap berulangkali dari bibirku antara sengaja dan tidak. Sepenggal kata itu keluar bukan lantaran aku menyesali perbuatanku atau penggalan dzikir rutinan pagiku. Tapi kata itu terucap disaat aku jenuh menunggu kendaraan umum yang mau berhenti dan mau memberiku tumpangan. Ketika itu hari senin pagi, kendaraan umum terutama bus menuju arah Surabaya sarat penumpang. Di depan masjid besar Sooko Mojokerto, aku menghentikan bus mulai dari turun sholat subuh kira-kira pukul 04.15 sampai hampir pukul 05.00, tetapi belum juga ada sopir bus yang merespon. Selain karena sarat penumpang, mungkin karena tempatku berdiri kurang strategis serta hanya sendirian yang membuat sopir bus kurang tertarik memberiku tumpangan.

Aku semakin galau, bukan karena perjalananku yang masih jauh, tapi waktulah yang membatasi. Bila ditempuh dengan bus umum perjalanan dari Sooko Mojokerto ke arah by pass Krian tidak lebih dari 30 menit. Menurut penjaga masjid, biasanya kalau senin pagi, penumpang bus sudah longgar mulai pukul 07.30-an. Kerisauanku muncul lantaran targetku yang maksimal pukul 06.30 harus sampai rumah mertua untuk sambang dan menjemput anak-anak dan istriku yang sedang ilburan akhir pekan di Driyorejo, Gresik. Kemudian, hari senin ini juga kami harus sampai di Malang sebelum duhur, karena setelah duhur saya harus mengajar dan istri menghadiri undangan penting temannya di Poncokusumo, kabupaten Malang.

Saya mencoba menghentikan mikrolet, ternyata tidak ada mikrolet yang langsung menuju arah Surabaya, tapi harus mampir dulu ke terminal Mojokerto, tentu memakan waktu lama. Saya mencoba mencari tukang ojek tapi menurut keterangan penjaga masjid, jarak ke pangkalan ojek masih cukup jauh, apalagi dia tidak bisa menjamin tukang ojeknya ada atau tidak. Di Sooko mojokerto juga jauh dari fasilitas taxi. Minta tolong diantar penjaga masjid, dijanjikan bisanya pukul 06.00. Sementara Jarum jam sudah menunjukkan angka 05.15. waktu itu, aku semakin gelisah. Di saat keresahan hinggap, aku pun berdo’a. Sambil membaca sholawat taisir, hati dan bibirku serius berucap “Ya Alloh berilah aku kemudahan”. Setelah itu saya mencoba lagi menghentikan bus yang lewat, eeehh .... ternyata sama saja, bus itu hanya berlalu saja meninggalkan asap pekat dan bau bensin.

Di pikiranku masih ada keyakinan do’aku pasti dikabulkan. Ternyata benar, dari tempatku berdiri saya lihat ada sosok orang yang sepertinya aku kenal keluar dari dalam masjid. Lelaki berjaket hitam itu sedang bergegas memakai kaus kaki dan sepatu. Saya coba mendekati dia, eeh …. ternyata betul pria itu adalah Fulan, teman kenalanku di salah satu jama’ah pengajian yang barusan istirahat dan sholat subuh. Fulan dalam perjalanan dari Kediri dan berencana menuju Sidoarjo. Setelah aku ceritakan apa yang kualami waktu itu, dia hanya berkata “Mari ikut saya, kebetulan saya ke Sidoarjo, jenengan saya antar ke by pass Krian terus saya meneruskan perjalanan ke Sidoarjo”. Betapa legahnya hati ini, mungkin kehadiran Fulan adalah jawaban dari do’aku di waktu “kepepet” tadi.

Di perjalanan, kami sempat ngobrol sambil dia terus mengendalikan setir motornya. Dia sempat bertanya pada saya mengapa pagi-pagi begini sendirian di Sooko. Saya ceritakan kalau saya rombongan perjalanan dengan teman-teman Malang dari Kebumen dan Yogyakarta. Karena harus menjemput istri dan anak-anak, maka saya turun masjid Sooko untuk sholat subuh dan berencana menjemput mereka ke Driyorejo, Gresik. Saya ceritakan juga, bahwa saya agak tergesa karena setelah menjemput istri dan anak saya harus sampai di Malang sebelum duhur karena ada amanah yang harus dilakukan di sana.

Tidak terasa, kami sudah sampai di by pass Krian, Fulan pun menghentikan motornya untuk menurunkan aku. “Jazakumulloh, jenengan dikirim malaikat untuk saya” begitu kalimat yang terucap dariku. Mendengar ucapanku, dia hanya tersenyum dan bilang “sama-sama mas” . Setelah pamit dia lalu menggeber motornya untuk melanjutkan perjalanannya ke Sidoarjo. Singkat cerita, dari by pass Krian saya ke Driyorejo naik mikrolet dan sampai di sana pukul 06.20, kemudian bersih diri, bercengkrama dengan keluarga, dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk bekal ke Malang. Kira-kira pukul 08.15 kami sudah berangkat dari Driyorejo ke Malang. Setelah oper taxi blue bird-bus patas Menggala Surabaya–Malang-oper taxi Agro, kami sampai di rumah Malang sekitar pukul 11.15. Alhamdulillah, semuanya diberi kemudahan. Setelah sholat duhur kami bisa sama-sama beraktivitas. Saya mengajar, sementara istri dan anak pertamaku bersama rombongan teman-teman kampusnya mengahadiri undangan walimah di Poncokusumo. Hasna, anakku yang masih umur setahun sementara bersama “emak” panggilan ibu tua yang membantu keseharian kami di rumah.

Pengalaman sederhana di atas adalah salah satu kejadian yang menginspirasiku tentang pentingnya kita berdo’a dan berprasangka baik. Tentu saja do’a dan prasangka baik yang dibarengi dengan ikhtiar dan tawakkal. Firman Alloh Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al Mukmin ayat 60, yaitu “berdo’alah kepadaKu niscaya Aku kabulkan untuk-mu”. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Alloh akan mengabulkan do’a siapa saja dari hambaNya, yang mau memohon kepadaNya selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim. Rasululloh SAW bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturrahim melainkan Alloh akan memberinya satu diantara tiga hal berikut : mengabulkan doanya di dunia ini mengabulkannya di akhirat nanti atau memalingkannya dari satu keburukan yang sebanding dengan doanya” (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, Ibn Abi Syaibah dan Abu Ya’la).

Keterangan hadits ini menunjukkan bahwa ketika ada orang yang berdoa dan tidak dikabulkan oleh Alloh berarti ada sesuatu yang salah (yang mencegah terkabulkannya doa) pada diri orang yang berdoa tersebut. Apabila kesalahan-kesalahan itu tidak dilakukan niscaya doanya akan didengar dan dikabulkan oleh Alloh Ta’ala. Permasalahan ini pernah terjadi ketika seorang bertanya pada Ibrahim Bin Adham ra, tentang mengapa doa kita tidak dikabulkan? lalu Beliau menjawab: “Sebab hati kalian telah mati” kemudian orang itu bertanya lagi: “apa yang membunuhnya”? lalu Syeh Ibrahim menjelaskan ada delapan perkara yang menyebabkan hati menjadi mati.

Pertama: Kalian mengetahui hak-hak Alloh tapi kalian tidak memenuhinya. kedua kalian membaca Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan isinya. ketiga: kalian mengaku cinta kepada Nabi Muhammad SAW. tetapi tidak mengamalkan sunnah-sunnahnya. Keempat: kalian menyatakan takut mati tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kelima Alloh telah mewahyukan: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu maka jadikanlah ia sebagai musuhmu” (QS. Al-Fathir:6) tetapi kalian justru mentaati ajakannya untuk bermaksiat pada Alloh. Keenam kalian mengaku takut pada siksa neraka tetapi kalian tenggelamkan tubuh kalian ke dalamnya. Ketujuh, kalian menyatakan cinta surga tetapi tidak beramal untuknya. Ke delapan ketika bangun tidur kalian lemparkan aib-aib dibelakang punggung kalian dan kalian hamparkan aib orang lain di depan mata kalian. Kalian membuat Alloh murka. Jika semua ini kalian lakukan bagaimana doa kalian akan dikabulkan?. jawab Ibrahim bin Adham. Alloh Ta’ala. Pasti akan mengabulkan doa kita selama doa itu dipanjatkan dengan benar diantara syarat dikabulkannya doa adalah makanan dan pakaian yang halal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam muslim Rasululloh SAW menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh sehingga rambutnya acak-acakan dan berdebu lelaki itu kemudian menengadahkan tangan lalu berdoa Duhai Tuhanku… Duhai Tuhanku… sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannnya haram, bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan kata Rasululloh.

Dalam Hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., ia berkata “Rasulullah saw. bersabda: Alloh Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jamaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Pengalamanku ketika aku jenuh menunggu bus yang mau memberiku tumpangan adalah sebagai contoh sederhana dari pentingnya do’a dan prasangka yang baik. Ketika itu, aku hanya berdo’a dengan sungguh-sungguh dan yakin akan dikabulkan-Nya. Kondisi “kepepet” dan prasangka baik telah membuatku tetap optimis. Hingga aku ditemukan dengan Fulan, lelaki kiriman malaikat yang mungkin sebagai jawaban atas do’aku. Sesungguhnya Alloh itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Wallohua’lam.