Pengikut

Selasa, 28 Februari 2012

Lelaki Kiriman Malaikat

Oleh:

Mishad Khoiri

“Astaghfirulloh“ kata itu lirih terucap berulangkali dari bibirku antara sengaja dan tidak. Sepenggal kata itu keluar bukan lantaran aku menyesali perbuatanku atau penggalan dzikir rutinan pagiku. Tapi kata itu terucap disaat aku jenuh menunggu kendaraan umum yang mau berhenti dan mau memberiku tumpangan. Ketika itu hari senin pagi, kendaraan umum terutama bus menuju arah Surabaya sarat penumpang. Di depan masjid besar Sooko Mojokerto, aku menghentikan bus mulai dari turun sholat subuh kira-kira pukul 04.15 sampai hampir pukul 05.00, tetapi belum juga ada sopir bus yang merespon. Selain karena sarat penumpang, mungkin karena tempatku berdiri kurang strategis serta hanya sendirian yang membuat sopir bus kurang tertarik memberiku tumpangan.

Aku semakin galau, bukan karena perjalananku yang masih jauh, tapi waktulah yang membatasi. Bila ditempuh dengan bus umum perjalanan dari Sooko Mojokerto ke arah by pass Krian tidak lebih dari 30 menit. Menurut penjaga masjid, biasanya kalau senin pagi, penumpang bus sudah longgar mulai pukul 07.30-an. Kerisauanku muncul lantaran targetku yang maksimal pukul 06.30 harus sampai rumah mertua untuk sambang dan menjemput anak-anak dan istriku yang sedang ilburan akhir pekan di Driyorejo, Gresik. Kemudian, hari senin ini juga kami harus sampai di Malang sebelum duhur, karena setelah duhur saya harus mengajar dan istri menghadiri undangan penting temannya di Poncokusumo, kabupaten Malang.

Saya mencoba menghentikan mikrolet, ternyata tidak ada mikrolet yang langsung menuju arah Surabaya, tapi harus mampir dulu ke terminal Mojokerto, tentu memakan waktu lama. Saya mencoba mencari tukang ojek tapi menurut keterangan penjaga masjid, jarak ke pangkalan ojek masih cukup jauh, apalagi dia tidak bisa menjamin tukang ojeknya ada atau tidak. Di Sooko mojokerto juga jauh dari fasilitas taxi. Minta tolong diantar penjaga masjid, dijanjikan bisanya pukul 06.00. Sementara Jarum jam sudah menunjukkan angka 05.15. waktu itu, aku semakin gelisah. Di saat keresahan hinggap, aku pun berdo’a. Sambil membaca sholawat taisir, hati dan bibirku serius berucap “Ya Alloh berilah aku kemudahan”. Setelah itu saya mencoba lagi menghentikan bus yang lewat, eeehh .... ternyata sama saja, bus itu hanya berlalu saja meninggalkan asap pekat dan bau bensin.

Di pikiranku masih ada keyakinan do’aku pasti dikabulkan. Ternyata benar, dari tempatku berdiri saya lihat ada sosok orang yang sepertinya aku kenal keluar dari dalam masjid. Lelaki berjaket hitam itu sedang bergegas memakai kaus kaki dan sepatu. Saya coba mendekati dia, eeh …. ternyata betul pria itu adalah Fulan, teman kenalanku di salah satu jama’ah pengajian yang barusan istirahat dan sholat subuh. Fulan dalam perjalanan dari Kediri dan berencana menuju Sidoarjo. Setelah aku ceritakan apa yang kualami waktu itu, dia hanya berkata “Mari ikut saya, kebetulan saya ke Sidoarjo, jenengan saya antar ke by pass Krian terus saya meneruskan perjalanan ke Sidoarjo”. Betapa legahnya hati ini, mungkin kehadiran Fulan adalah jawaban dari do’aku di waktu “kepepet” tadi.

Di perjalanan, kami sempat ngobrol sambil dia terus mengendalikan setir motornya. Dia sempat bertanya pada saya mengapa pagi-pagi begini sendirian di Sooko. Saya ceritakan kalau saya rombongan perjalanan dengan teman-teman Malang dari Kebumen dan Yogyakarta. Karena harus menjemput istri dan anak-anak, maka saya turun masjid Sooko untuk sholat subuh dan berencana menjemput mereka ke Driyorejo, Gresik. Saya ceritakan juga, bahwa saya agak tergesa karena setelah menjemput istri dan anak saya harus sampai di Malang sebelum duhur karena ada amanah yang harus dilakukan di sana.

Tidak terasa, kami sudah sampai di by pass Krian, Fulan pun menghentikan motornya untuk menurunkan aku. “Jazakumulloh, jenengan dikirim malaikat untuk saya” begitu kalimat yang terucap dariku. Mendengar ucapanku, dia hanya tersenyum dan bilang “sama-sama mas” . Setelah pamit dia lalu menggeber motornya untuk melanjutkan perjalanannya ke Sidoarjo. Singkat cerita, dari by pass Krian saya ke Driyorejo naik mikrolet dan sampai di sana pukul 06.20, kemudian bersih diri, bercengkrama dengan keluarga, dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk bekal ke Malang. Kira-kira pukul 08.15 kami sudah berangkat dari Driyorejo ke Malang. Setelah oper taxi blue bird-bus patas Menggala Surabaya–Malang-oper taxi Agro, kami sampai di rumah Malang sekitar pukul 11.15. Alhamdulillah, semuanya diberi kemudahan. Setelah sholat duhur kami bisa sama-sama beraktivitas. Saya mengajar, sementara istri dan anak pertamaku bersama rombongan teman-teman kampusnya mengahadiri undangan walimah di Poncokusumo. Hasna, anakku yang masih umur setahun sementara bersama “emak” panggilan ibu tua yang membantu keseharian kami di rumah.

Pengalaman sederhana di atas adalah salah satu kejadian yang menginspirasiku tentang pentingnya kita berdo’a dan berprasangka baik. Tentu saja do’a dan prasangka baik yang dibarengi dengan ikhtiar dan tawakkal. Firman Alloh Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al Mukmin ayat 60, yaitu “berdo’alah kepadaKu niscaya Aku kabulkan untuk-mu”. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Alloh akan mengabulkan do’a siapa saja dari hambaNya, yang mau memohon kepadaNya selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim. Rasululloh SAW bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturrahim melainkan Alloh akan memberinya satu diantara tiga hal berikut : mengabulkan doanya di dunia ini mengabulkannya di akhirat nanti atau memalingkannya dari satu keburukan yang sebanding dengan doanya” (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, Ibn Abi Syaibah dan Abu Ya’la).

Keterangan hadits ini menunjukkan bahwa ketika ada orang yang berdoa dan tidak dikabulkan oleh Alloh berarti ada sesuatu yang salah (yang mencegah terkabulkannya doa) pada diri orang yang berdoa tersebut. Apabila kesalahan-kesalahan itu tidak dilakukan niscaya doanya akan didengar dan dikabulkan oleh Alloh Ta’ala. Permasalahan ini pernah terjadi ketika seorang bertanya pada Ibrahim Bin Adham ra, tentang mengapa doa kita tidak dikabulkan? lalu Beliau menjawab: “Sebab hati kalian telah mati” kemudian orang itu bertanya lagi: “apa yang membunuhnya”? lalu Syeh Ibrahim menjelaskan ada delapan perkara yang menyebabkan hati menjadi mati.

Pertama: Kalian mengetahui hak-hak Alloh tapi kalian tidak memenuhinya. kedua kalian membaca Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan isinya. ketiga: kalian mengaku cinta kepada Nabi Muhammad SAW. tetapi tidak mengamalkan sunnah-sunnahnya. Keempat: kalian menyatakan takut mati tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kelima Alloh telah mewahyukan: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu maka jadikanlah ia sebagai musuhmu” (QS. Al-Fathir:6) tetapi kalian justru mentaati ajakannya untuk bermaksiat pada Alloh. Keenam kalian mengaku takut pada siksa neraka tetapi kalian tenggelamkan tubuh kalian ke dalamnya. Ketujuh, kalian menyatakan cinta surga tetapi tidak beramal untuknya. Ke delapan ketika bangun tidur kalian lemparkan aib-aib dibelakang punggung kalian dan kalian hamparkan aib orang lain di depan mata kalian. Kalian membuat Alloh murka. Jika semua ini kalian lakukan bagaimana doa kalian akan dikabulkan?. jawab Ibrahim bin Adham. Alloh Ta’ala. Pasti akan mengabulkan doa kita selama doa itu dipanjatkan dengan benar diantara syarat dikabulkannya doa adalah makanan dan pakaian yang halal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam muslim Rasululloh SAW menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh sehingga rambutnya acak-acakan dan berdebu lelaki itu kemudian menengadahkan tangan lalu berdoa Duhai Tuhanku… Duhai Tuhanku… sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannnya haram, bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan kata Rasululloh.

Dalam Hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., ia berkata “Rasulullah saw. bersabda: Alloh Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jamaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Pengalamanku ketika aku jenuh menunggu bus yang mau memberiku tumpangan adalah sebagai contoh sederhana dari pentingnya do’a dan prasangka yang baik. Ketika itu, aku hanya berdo’a dengan sungguh-sungguh dan yakin akan dikabulkan-Nya. Kondisi “kepepet” dan prasangka baik telah membuatku tetap optimis. Hingga aku ditemukan dengan Fulan, lelaki kiriman malaikat yang mungkin sebagai jawaban atas do’aku. Sesungguhnya Alloh itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Wallohua’lam.

Tidak ada komentar: