Pengikut

Rabu, 09 Juni 2010

SMS Untuk Fulanah

Oleh:
Mishad Khoiri

Wajah Fulanah tampak muram, sepertinya ada sesuatu yang dipikirkannya. Hari yang mestinya diliputi rasa bahagia berubah menjadi duka. Seperti tak terbendung, butiran air terus menetes dari mata nanar Fulanah. Tampak sebagian tamu undangan dalam “momen sakral” itu buru-buru pamitan pulang. Mereka seolah tahu telah terjadi “sesuatu” diantara mempelai berdua. Hujan deras yang mengguyur lokasi perhelatan resepsi pernikahan Fulan dan Fulanah menambah suasana acara menjadi semakin “hampa”.
Malam sudah tiba, setelah seluruh tamu sudah pulang hanya kerabat dekat yang tampak meramaikan suasana. Sepasang pengantin sudah turun dari pelaminan menuju ruang peraduan untuk istirahat. Aneh, Fulanah yang mestinya menuju ke kamar pengantin mendadak membelokkan arah jalannya ke ruang keluarga. Sembari berkaca-kaca, Fulanah langsung bersimpuh di pangkuan Maimunah ibundanya. “Ada apa nak?” tanya ibundanya ke Fulanah. Pertanyaan Maimunah hanya dijawab dengan isak tangis oleh Fulanah.
Maimunah tidak tinggal diam, malam itu dia berusaha mengorek keterangan tentang apa yang terjadi pada Fulanah. Tidak seberapa lama terkuaklah sudah apa yang menjadi pemicu kegalauan Fulanah. Ternyata hanya karena sebuah kalimat SMS. “Fulan suamimu itu sudah tidak perjaka lagi”. Begitu bunyi kalimat sms yang tidak jelas pemilik nomor pengirimnya. Maimunah dan Abdullah suaminya sontak punya ide untuk melacak sejatinya siapa sebenarnya pengirim sms itu? Malam itu juga dikontak lah nomor HP pengirim tersebut. Setelah beberapa saat menunggu, kontak ke pemilik nomor HP itu pun sudah terhubung, sebut saja si A. Setelah ditanya perihal sms itu, dia bilang jika sms itu adalah pesanan temannya, sebut saja si B.
Sepertinya keluarga Fulanah ingin tahu siapa sebenarnya otak pengirim sms tersebut. Dikontaklah lagi nomor si B yang memesan pengirim sms itu. Setelah terhubung, dia juga mengatakan hal yang sama, bahwa dia juga dipesan temannya (sebut saja si C) untuk mengirim pesan itu. Setelah tahu nomor HP si C, Maimunah mengontaknya lagi, tidak lama kemudian kontak sudah terhubung. Setelah mengucapkan salam, Maimunah langsung menanyakan apakah benar dia yang memesan agar si B mengirim sms itu ke Fulanah? Sambil terbata-bata Si C menjawab ii..ii…iiya. Apa benar informasi tentang Fulan yang kamu beritakan lewat sms itu? Pertanyaan ke dua dari Maimunah dijawab panjang lebar oleh Si C. Intinya si C merasa bersalah dan mau menjelaskan bahwa berita lewat sms yang dikirimnya itu tidak benar. Si C juga berterus terang kalau ia mengirimkan pesan bohong itu lantaran iri hati pada Fulanah yang memenangkan perebutan untuk mendapatkan Fulan sebagai suami tercinta mereka.
Alhamdulillah, tersingkaplah sudah tabir gelap yang hampir saja menghancurkan bahtera keluarga yang baru saja diarungi oleh keluarga Fulanah. Maimunah menjelaskan delik asal muasal terkait dengan bunyi sms si C kepada kepada Fulanah. Untuk meyakinkan kebenaran informasi ibunya, Fulanah langsung mengkontak Si C. Setelah kontak terhubung dia terlibat dalam pembicaraan serius dengan Si C. Ternyata benar jika Si C yang menyebar pesan bohong lewat sms ke Fulanah. Si C juga mengaku jika dia dengki pada Fulanah yang menjadikan Fulan berpaling darinya. Fulanah tidak sanggup menahan marah sehingga dia sempat memaki Si C yang juga menjadi teman akrabnya itu. Makian Fulanah yang pedas hanya dijawab si C dengan permohonan maaf.
Seperti orang haus yang sudah meminum air, wajah Fulanah tampak segar kembali. Pikirannnya yang sudah ingin minta cerai berubah menjadi permintaan maaf pada Fulan suaminya yang sempat dikecewakan dengan sikap dinginnya. Bahtera keluarga dua pengantin itu pun dapat diselamatkan dari gangguan riak-riak gelombang , berupa iri dan dengki seorang teman yang hampir saja menenggelamkan biduk rumah tangganya. Ternyata rasa iri dan dengki menjadi pemicu keberanian si C untuk memfitnah dan menghancurkan masa depan teman akrabnya sendiri.
Rasulullah memberikan peringatan keras terhadap orang yang punya sifat iri hati (hasad). Beliau menegaskan, bahwa keimanan dan kedengkian tidak bisa berjalan bersama-sama. Sabda beliau “Keimanan dan kedengkian tidak bisa menyatu bersama dalam hati seorang hamba”. Damurah bin Tsa’labah berkata Rasulullah bersabda “Seorang akan menjadi baik selama dia tidak iri hati kepada orang lain”. Salah satu jiwa seorang muslim adalah, bahwa jiwanya bebas dari sikap curang, iri hati, khianat, dan benci. Kesucian hati ini akan mengantarkannya kepada kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Hati yang bersih dari sifat iri, dengki, dan perbuatan buruk lainnya dapat mengangkat derajat kita dalam pandangan Alloh Ta’ala. Karena kesucian hati akan menjadikan orang lain selamat dari sikap kita. Meski ibadah kita sedikit tapi kita seperti batu bata yang utuh dan kuat dalam struktur masyarakat islam. Sementara orang yang hatinya dipenuhi kebencian, iri hati, curang dan khianat kepada orang lain, dia tidak akan sukses sekalipun ibadahnya banyak. Seorang muslim harus mengkombinasikan antara ibadah, kesucian hati, dan perlakuan yang baik terhadap orang lain, sehingga karakter batinnya sesuai dengan penampilan luarnya dan perbuatannya sesuai dengan kata-katanya. Dengan keadaan seperti ini, maka struktur masyarakat Islam akan kuat dan kokoh.
Apa yang dilakukan si C pada Fulanah adalah contoh nyata perbuatan iri dan dengki. Andaikan si C berhasil menghancurkan rumah tangga Fulanah, Niscaya bukan berarti menjadikan hidup si C akan sukses. Tapi yang terjadi adalah si C akan dihinggapi rasa kegalauan dan dihantui perasaan bersalah. Adapun kepuasan untuk membalas dendam karena rasa iri hati hanya akan menjadikan kita kian terpuruk lantaran hidup kita tidak produktif. Aktifitas dan pikiran kita akan habis hanya untuk menjatuhkan dan mengalahkan orang yang kita iri. Alhasil hidup kita akan semakin jauh dari kebaikan dan kesuksesan, na’udzubillah. Wallahu’a’lam.

Tidak ada komentar: