Pengikut

Rabu, 11 Juni 2008

Rahasia Dibalik Bencana

Oleh:

Mishad Khairi


“Subhanaalloh, sholat saya jadi semakin khusu’, do’a saya juga lebih mantap walaupun keduanya saya lakukan di bawah tenda yang diguyur hujan. “Sungguh, di balik bencana yang menimpa kami ternyata ada hikmah dan pengaruh positif pada kualitas ibadah kami”.

Kalimat itu disampaikan oleh seorang ibu, korban bencana gempa di Jogyakarta. Lontaran spontan itu disampaikan pada acara silturrahim pagi, lewat radio MQ FM Bandung bekerjasama dengan RRI Jakarta yang direlay beberapa stasiun radio di Indonesia. Apa yang disampaikan ibu itu menunjukkan, ternyata tidak semua orang yang terkena musibah atau bencana akan mengeluh, stres, dan berduka berlarut-larut. Justru ibu ini merasakan sholat dan do’anya semakin khusu’, walau dilaksanakan di sekitar puing-puing bangunan yang runtuh dihantam gempa tektonik .
Memang, bencana alam dan musibah dalam kurun 2 tahun ini menimpa bertubi-tubi pada masyarakat Indonesia. Mulai dari gelombang tsunami di Aceh, gempa di pulau Nias, , flu burung dan demam berdarah yang mewabah, gempa Jogyakarta, banjir di Sinjai (Sulawesi selatan) dan Kota Baru (Kalimantan), gelombang tsunami di pantai selatan jawa, hingga semburan lumpur panas di Porong, Sidorajo yang sampai kini belum berhenti. Bencana dan kerusakan baik di darat dan di laut itu turun akibat ulah dan dosa manusia. Tapi saya yakin, tidak semua korban yang tertimpa bencana atau musibah adalah mereka yang menjadi biang ulah dan dosanya. Mungkin, bagi korban bencana yang berdosa dan berulah itu adalah adzab bagi mereka. Tapi bagi mereka yang beriman dan bertaqwa, bencana dan musibah yang menimpa itu adalah sebagai ujian dan cobaan hidup.

Menengok Sejarah
Mari kita tengok sejarah emas zaman Rasululloh dan sahabat. Apakah derajat mereka yang mulia itu melepaskan mereka dari musibah dan persoalan hidup? Banyak suri tauladan Rasululoh yang patut kita contoh. Beliau pernah dilempar kotoran unta, kedua kakinya dicederai, dan wajahnya dilukai oleh orang-orang kafir. Beliau pernah diusir dari Makkah, dicemarkan kehormatan istrinya, dan tujuh puluh sahabatnya terbunuh. Seorang putra serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan pernah saking laparnya, beliau mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar. Segala cobaan tadi dihadapi beliau dengan tabah dan dianggap sebagai penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya.
Cobaan-cobaan itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita. Umar bin khotob dibunuh dan dilumuri dengan darahnya sendiri. Sedangkan Sayyidina Usman bin Affan dibunuh diam-diam. Ali bin Abi Thalib mati terbunuh ditikam dari belakang. Masih banyak lagi para pemimpin kita yang harus menerima cambukan di punggungnya, dijebloskan ke dalam penjara, dan diasingkan ke negara lain. Tapi mereka menghadapinya dengan memperbanyak amal saleh, bukannya meratapinya berlarut-larut atau melampiaskannya ke jurang kemaksiatan.
Alloh tidak pernah mencabut sesuatu dari kita, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi itu terjadi jika kita bersabar dan ridha dengan segala ketetapannya. Para Waliyulloh yang pernah ditimpa musibah, ujian, dan cobaan akan mendapatkan penghormatan agung di surga firdaus. Maka, kita harus tabah menghadapi musibah yang menimpa kita. Sebab yang menentukan semua itu adalah dzat yang memiliki surga, balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang Aku ambil orang yang dicintainya dari penduduk dunia, kemudian dia (bersabar sambil) mengharapkan pahala (dari-Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga” (HR. Bukhari).
Barangsiapa di dunia mendapat musibah, sedang dia mau bersabar, ridha, dan mau mencari hikmah dibalik itu, maka ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak. Mari kita telusuri di setiap rumah, pasti ada penghuninya yang pernah merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata. Betapa banyak orang yang mengalami penderitaan tapi mereka sabar menghadapinya. Betapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di pembaringannya sambil menjerit menahan nyeri. Betapa banyak orang tua yang harus kehilangan buah hatinya yang masih lucu-lucunya. Ternyata, musibah itu tidak menimpa kita saja. Bahkan mungkin penderitaan dan cobaan yang menimpa orang lain itu jauh lebih berat daripada musibah yang kita alami.
Untuk meringankan beban penderitaan yang kita alami, maka ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan. Di antaranya pertama, percaya dan ber-khusnudzhon sepenuhnya kepada Alloh. Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Segala sesuatu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha’ dan qadar-Nya. Ini merupakan keyakinan orang-orang Islam serta para pengikut Rasululloh. Yakni, keyakinan mereka bahwa segala sesuatu di dunia ini akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin, dan ketentuan Alloh. Sebagaimana firman Alloh dalam surat At Taubah: 51: “Katakanlah: sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Alloh bagi kami”.
Kedua, bersabar menghadapi ujian tersebut. Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar. Kehidupan ini tidak akan lepas dari suatu musibah dan kesulitan. Setiap kali selesai dari satu kesulitan, maka kesulitan yang lain selalu datang menyusul. Meskipun demikian, kita harus tetap berlindung dibalik perisai kesabaran dan mengenakan tameng keyakinan kepada Alloh. Demikian itulah orang-orang mulia dan terhormat, yaitu mereka yang bertarung melawan setiap kesulitan dan menjatuhkan semua bencana itu terkapar di atas tanah.
Bersabarlah karena Alloh, sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat kembali yang baik, mengharap pahala, dan senang menjauhi kejahatan. Seberapa berat permasalahan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran, karena dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Seperti apa yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Ketika deraan musibah itu menimpa mereka, maka dianggapnya sebagai tetesan air dingin yang menetes di kepala mereka. Mereka tak tergoyahkan laksana gunung dan menancap jauh dalam kebenaran. Dalam waktu singkat semua kesedihan dari raut wajah mereka sirna berubah menjadi sorot cahaya kemenangan.
Ketiga, menganggap apa yang telah terjadi adalah yang terbaik. Dalam surat Al Baqarah:216, Alloh berfirman “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Alloh mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah bersabda: “Alloh tidak menentukan sebuah qadha’ bagi hamba kecuali qadha’ itu baik baginya”.
Ketika ditimpa sebuah musibah, maka dibenak kita pasti akan menganggap musibah itu adalah kenyataan pahit. Tapi benarkah keadaan keimanan dan keislaman kita akan lebih baik jika musibah itu tidak menimpa kita? Tidak ada yang bisa menjamin. Tapi mungkin saja dengan adanya cobaan hidup itu membuat keimanan dan keislaman kita meningkat. Tentunya hal seperti ini terjadi jika kita mau mengambil hikmah dan memetik manfaat dari ujian yang menimpa diri kita.
Keempat, Yakinlah jalan keluar pasti akan datang. Ketika kita melihat tali meregang kencang, ketahuilah, bahwa tali itu akan segera terputus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa nyaman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian. Fajar pun pasti akan datang dan akan mengusir kegelapan malam. Termasuk kesusahan itu akan segera berakhir, pertolongan Alloh itu pasti akan datang jika kita mau meraihnya dengan ikhtiar dan do’a.
Untuk mencari jalan keluar dari permasalahan hidup ada baiknya kita melakukan sholat. Jika hati kita sesak, masalah kita semakin rumit, dan tipu muslihat semakin banyak, sebaiknya kita sholat. Dalam berbagai urusan penting Rasululloh selalu melapangkan hatinya dengan sholat. Diriwayatkan dari Hafizh ibnu Hajar, bahwa suatu hari Rasululloh pergi ke Mesir. Di tengah jalan, dia dikepung oleh segerombolan pencuri. Seketika itu juga beliau berdiri untuk melakukan sholat. Alloh pun akhirnya memberikan Rasululloh jalan keluar.

Renungan
Mudah-mudahan bencana yang beruntun menimpa bangsa Indonesia ini menjadi peringatan keras bagi kita. Mungkin Alloh Ta’ala sudah bosan melihat perilaku kita yang kian hari makin bergelimang maksiat. Prostitusi, perselingkuhan, free sex, pornografi, dan pornoaksi merajalela. Sementara kejahatan, seperti angka pemerkosaan, peredaran narkoba, perampokan, korupsi, dan pembunuhan di Indonesia grafiknya terus meningkat. Di samping itu terjadi eksploitasi alam secara besar-besaran, seperti penebangan hutan secara bebas serta eksploitasi sumber daya alam di darat dan di laut secara berlebihan. Semoga kita yang banyak dosa dan ulah ini segera introspeksi dan sadar serta mendapat petunjuk-Nya ke jalan yang benar.
Bagi hamba Alloh yang beriman, mudah-mudahan bencana dan musibah adalah sebagai media untuk mempertebal iman dan menambah ketaqwaan kita pada Alloh Ta’ala. Kita senantiasa harus sabar menghadapi ujian dan coba’an hidup ini. Mungkin dibalik musibah yang menimpa kita itu ada rahasia dan hikmah yang tersembunyi. Seperti halnya yang terjadi pada seorang ibu di atas yang merasa sholat dan do’anya berrtambah khusu’ setelah gempa mengguncang bumi yogyakarta yang menjadi pijakan hidupnya selama ini. Wallahua’lam

1 komentar:

mishad_online mengatakan...

selamat dengan bloger barunya, semoga bermanfaat