Pengikut

Kamis, 12 Februari 2009

Mengenal Sosok Pemimpin Sejati

Siang itu sekitar dua jutaan manusia tumpah ruah di jalanan. Mereka seolah tak menghiraukan musim dingin yang menyengat. Maklum waktu itu suhu udara di sana tercatat di bawah 0 derajat celsius. Mereka seperti tidak ingin kehilangan momentum yang bersejarah. Jutaan manusia itu tidak hanya hadir dari penjuru Amerika Serikat, tapi ada juga yang rela jauh-jauh datang dari belahan daratan Eropa, Afrika, Australia, bahkan Asia. Bagi yang tidak dapat datang langsung melihat di sana, maka mereka melihat melalui siaran TV. Mereka ingin menyaksikan pelantikan presiden Amerika Serikat Barack ”Husein” Obama. Bagi mereka, presiden Obama adalah seseorang yang istimewa. Selain dia presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat, Obama dianggap sebagai pribadi yang menarik. Pidato Obama yang khas, sanggup menghipnotis audien. Mereka seolah terkesima oleh materi pidato Obama yang menjajikan perubahan bagi bangsa Amerika. Dengan slogan ”Change We Need” kampanyenya di beberapa negara bagian Amerika selalu dibanjiri simpatisannya.

Setumpuk harapan pun ditimpahkan pada pundak Obama sebagai Presiden baru Amerika Serikat. Tidak hanya oleh rakyat Amerika, tapi juga oleh seluruh penduduk dunia. Maklum sampai detik ini, Amerika adalah satu-satunya negara super power dunia setelah runtuhnya Uni Sovyet. Pengaruh Amerika begitu kuat sebagai ”polisi dunia”. Sampai-sampai perdamaian di Timur Tengah pun sangat tergantung dengan kebijakan luar negeri Amerika. Masyarakat dunia, terutama umat Islam sangat berharap agar Obama sebagai petinggi Amerika dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah. Obama yang walupun protestan tapi masih keturunan seorang bapak yang beragama Islam juga dianggap oleh beberapa pengamat lebih santun terhadap negeri-negeri muslim.
Eufroria terhadap kepemimpinan Obama juga terjadi di Indonesia. Obama yang masa kecilnya empat tahun dihabiskan di Jakarta memantik harapan yang berlebihan bagi beberapa kalangan di Indonesia. Jangan heran jika pelantikan Obama juga dirayakan di Indonesia. Perayaan itu dihadiri oleh beberapa teman dan gurunya waktu sekolah di SD Menteng, Jakarta. Alhasil, mereka bangga dan seolah yakin terpilihnya Obama akan membawa pencerahan dunia, termasuk bagi Indonesia. Parade jalan kaki dari Capitol Hill ke gedung putih semakin menambah simpati dunia. Dia seolah tidak khawatir dari bahaya “snipper” yang bisa setiap saat menembaknya dari gedung-gedung yang ada di kanan-kiri jalan. Maklum beberapa hari sebelum inugarasi, sempat muncul isu pembunuhan Obama. Demam Obama juga terjadi di negara Brasil, Jepang, Inggris, termasuk dari Kenya di Afrika, negeri nenek moyangnya. Seantero penduduk dunia seolah yakin, jika Obama akan menjadi pemimpin dunia sejati di era ini. Sebuah harapan yang saya kira terlalu berlebihan.
Fenomena Obama seolah melupakan kita pada siapa sebenarnya pemimpin sejati kita? Demam Obama seolah menghipnotis pikiran kita akan siapa sebenarnya pemimpin yang pantas diidolakan. Sebagai seorang muslim kita harus yakin, bahwa suri tauladan dan pemimpin yang paling baik hanya ada pada diri Rosululloh Muhammad SAW. Sebaik apapun pemimpin sekarang, mereka tidak dijamin kesempurnaannya oleh Alloh SWT. Akan tetapi perilaku dan kepemimpinan Rasullulloh Muhammad SAW dijamin ma’sum (terjaga) dari dosa dan kerusakkan, jadi beliau adalah sosok pemimpin dan teladan utama bagi kaum muslimin. Sehingga jikalau umat Islam mencari keteladanan dan sosok pemimpin sejati maka contohlah bagaimana keteladanan dan kepemimpinan Rosululloh SAW.
Profile Singkat Nabi Muhammad SAW
Sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Rosululloh Muhammad SAW memang sudah sedemikian sempurna dalam berbagai perilaku dalam kehidupannya. Terlepas dari keyakinan bahwa hal demikian memang sudah digariskan oleh Alloh SWT karena sesungguhnya Beliau terjaga dari segala kerusakan dan dosa. Sejarah mencatat, saat baru terlahir Muhammad kecil sudah dido’akan dan ditawafkan dihadapan ka’bah oleh kakeknya Abdul Muthalib. Ini menandakan bahwa dari kalangan orang tuanya sangat berperan menjaga kesucian Muhammad SAW. Terlebih lagi setelah itu Muhammad disusukan kepada orang yang benar-benar terseleksi, benar-benar tidak terkontaminasi oleh pola kehidupan tidak sehat. Setelah disusukan oleh Suaibah Al-Aslamiyah, Muhammad kemudian disusukan oleh Halimatussa’diyah dan dibawa tinggal bersama di pemukiman yang jauh dari keramaian kota, jauh dari hiruk pikuk dan kebiasaan jahiliyah para penduduk kota.
Masa kakak-kanak Muhammad dilalui dengan menggembalakan kambing, beliau sudah menampakkan sikap terpuji – dapat dipercaya – mengurus hewan peliharaan orang lain. Di saat-saat menggembalakan kambing inilah terjadi proses penyucian diri Muhammad dari berbagai sifat-sifat buruk, peristiwa tersebut dikenal dengan “pembelahan dada”. Walau masih terdapat perbedaan pendapat tentang teknis yang pasti tentang pembelahan dada, yang terpenting dari peristiwa itu adalah tampilnya seorang Muhammad yang penuh dengan sifat-sifat terpuji seperti jujur, amanah dan sebagainya.
Walaupun Muhammad terlahir dalam status yatim setelah ditinggal wafat Ayahandanya Abdullah ketika beliau masih dalam kandungan, ditambah pada usianya yang ke-6 menjadi yatim dan piatu pula karena ditinggal Ibundanya Siti Aminah. Dua tahun kemudian ditinggal pula oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kesedihan yang bertubi-tubi itu tidak mengikis semua keteladanan yang ada pada diri beliau, malah semua itu laksana kawah candra dimuka yang makin mengkokohkan pribadi beliau. Ini terlihat ketika terjadi perselisihan antara para kabilah suku Quraisy, akhirnya melatarbelakangi penganugerahan gelar Al-Amin kepada beliau. Ketika ka’bah harus direnovasi akibat diterjang banjir para kabilah mempercayakan kepada beliau untuk memindahkan hajarul aswad. Di saat penduduk Makkah terperangkap dalam sebuah pertengkaran tentang kabilah mana yang harus mendapat kehormatan mengangkat dan menempatkan kembali batu tersebut di tempatnya semula. Ketika persoalan ini sudah berjalan lima hari dan hampir menyebabkan pecahnya perang antar-suku, Muhammad datang dengan solusinya yang sudah sangat terkenal itu. Ia meletakkan batu hitam di atas selendang dengan empat sisi dan mengajak semua ketua suku mengangkatnya bersama-sama, lalu meletakkannya di tempat semula. Gelar Al-Amin tersebut, beliau dapat jauh sebelum beliau di angkat menjadi nabi dan rasul. Al-Amin artinya orang yang dapat dipercaya.
Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan terbaik dan tipologi ideal paling prima. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
(Sesunggunya pada diri Rosululloh SAW. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Alloh dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Alloh).
Ketauladanan Nabi diambil, antara lain, karena ia mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapi tanpa kehilangan keseimbangan, tanpa kehilangan idealisme dan tanpa surut dari sebuah missi. Itulah sebabnya Michael H. Hart, dalam bukunya “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Umat Manusia”, menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh nomor satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun (kurang dari seperempat abad), dengan biaya kurang dari satu persen biaya yang dipergunakan untuk revolusi Perancis dan dengan korban kurang dari seribu orang. Beliau telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh pemimpin yang manapun di seluruh dunia sejak Nabi Adam as. sampai sekarang. Tiga karya besar tersebut adalah:
1. تَوْحِيْدُ الإِلهِ (mengesakan Tuhan)
Nabi Besar Muhammad SAW telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semula mempercayai Tuhan sebanyak 360 (berfaham polytheisme) menjadi bangsa yang memiliki keyakinan tauhid mutlak atau monotheisme absolut.
2. تَوْحِيْدُ الأُمَّةِ (kesatuan ummat)
Nabi Besar Muhammad SAW telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semua selalu melakukan permusuhan dan peperangan antar suku dan antar kabilah, menjadi bangsa yang bersatu padu dalam ikatan keimanan dalam naungan agama Islam.
3. تَوْحِيْدُ الْحُكُوْمَةِ (kesatuan pemerintahan)
Nabi Besar Muhammad SAW telah berhasil membimbing bangsa Arab yang selamanya belum pernah memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu dijajah oleh Persia dan Romawi, menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai dari benua Afrika sampai Asia.
Kunci dari keberhasilan perjuangan beliau dalam waktu relatif singkat itu adalah terletak pada tiga hal:
Keunggulan agama Islam
Ketepatan sistem dan metode yang beliau pergunakan untuk berda'wah.
Kepribadian beliau.
Sistem dakwah yang dipergunakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW adalah:
Menanamkan benih iman di hati umat manusia dan menggemblengnya sampai benar-benar mantap.
Mengajak mereka yang telah memiliki iman yang kuat dan mantap untuk beribadah menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam dengan tekun dan berkesinambungan secara bertahap.
Mengajak mereka yang telah kuat dan mantap iman mereka serta telah tekun menjalankan ibadah secara berkelanjutan untuk mengamalkan budi pekerti yang luhur.
Metode dakwah yang dilakukan oleh Rosululloh SAW adalah:
Hikmah, yaitu kata-kata yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.
Nasihat yang baik.
Menolak bantahan dari orang-orang yang menentangnya dengan memberikan argumentasi yang jauh lebih baik, sehingga mereka yang menentang dakwah beliau tidak dapat berkutik.
Memperlakukan musuh-musuh beliau seperti memperlakukan sahabat karib. Keempat metode dakwah beliau di atas, disebutkan oleh Alloh SWT dalam Al Qur'an al Karim dalam surat:
An Nahlu ayat 125:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ ؛ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ ، وَهَوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ .
"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Surat Fushshilat ayat 34:
وَلاَ تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ؛ اِدْفَعْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ .
"Dan tiadalah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia".
Kepribadian Nabi Besar Muhammad SAW yang sangat menunjang dakwah beliau disebutkan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Bersikap lemah-lembut.
Selalu mema'afkan kesalahan orang lain betapapun besar kesalahan tersebu selama kesalahan tersebut terhadap pribadi beliau.
Memintakan ampun dosa dan kesalahan orang lain kepada Alloh SWT jika kesalahan tersebut terhadap Alloh SWT.
Selalu mengajak bermusyawarah dengan para sahabat beliau dalam urusan dunia dan beliau selalu konsekwen memegang hasil kepautusan musyawarah.
Jika beliau ingin melakukan sesuatu, maka beliau selalu bertawakkal kepada Alloh SWT dalam arti: direncanakan dengan matang, diprogramkan, diperhitungkan anggarannya dan ditentukan sistem kerjanya.
Kelima kepribadian Nabi Besar Muhammad SAW tersebut di atas, dituturkan oleh Alloh SWT dalam surat Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ، فَاعْفُ عَنْهَمْ .وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِ ، فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ ؛ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
"Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". Wallahua’lam Bisshowab