Pengikut

Selasa, 12 Agustus 2008

POLITIKA

Pemimpin Selebritis
Oleh:
Mishad


Beberapa waktu ini di saaentero penjuru tanah air ramai digelar pemilihan kepala daerah (pilkada), mulai dari pemilihan bupati sampai gubernur. Sejak era reformasi, penyelenggaraan pilkada sudah berbeda dengan pada masa orba. Sekarang kepala daerah tidak lagi ditunjuk oleh DPR setempat, akan tetapi langsung dipilih oleh masyarakat melalui pilkada. Sistem baru ini membawa cara baru bagi para kandidat kepala daerah. Kini, mereka tidak hanya sosialisasi dan pendekatan kepada DPR, akan tetapi mereka harus mengkampanyekan dirinya kepada khalayak umum. Jangan heran kalau sekarang banyak kita jumpai pamflet, spanduk, hingga baliho calon kepala daerah bertebaran di mana-mana. Mereka ingin mengenalkan diri kepada masyarakat calon pemilih.


Indikator yang dianggap penting bagi calon kepala daerah adalah mereka harus dikenal, tentu saja dikenal yang baik. Karena harus dikenal, maka calon kepala daerah rata-rata sebelumnya adalah mereka yang pernah menjabat, anggota DPR, pimpinan partai, pimpinan ormas, tokoh masyarakat, atau bahkan artis. Sudah dua orang artis terkenal yang terpilih pada pilkada tahun 2008 ini, yaitu Rano Karno yang menjadi wakil bupati Tangerang dan Dede Yusuf yang meraih kursi Wagub Jawa Barat. Kini, beberapa nama baru artis tertarik mengikuti jejak mereka berdua. Syaiful Jamil, mantan suami Dewi Persik melalui PPP mencalonkan diri sebagai wabup Bekasi dan Wanda Hamidah dari PAN mencalonkan diri sebagai Wabup Garut. Mungkin langkah mereka terjun ke pilkada juga akan ditiru oleh artis-artis lain.

Munculnya nama artis menjadi pemenang di panggung pilkada adalah fenomena yang menarik. Berbagai analisa bermunculan mengomentari indikasi kemenangan mereka. Pendapat terbanyak mengerucut pada satu hal yang menyebabkan kemenangan mereka, yaitu mereka lebih dikenal oleh masyarakat sebagai artis yang sering nongol di telivisi. Terlepas valid tidaknya analisa tersebut, terpilihnya beberapa artis menjadi pemimpin daerah mencerminkan, bahwa sebagian masyarakat kita adalah pengagum atau paling tidak lebih suka artis terkenal yang menjadi pemimpin mereka. Ini membuktikan, bahwa dunia selebritis yang begitu gencarnya ditayangkan di media massa sangat mempengaruhi pilihan masyarakat kita. Termasuk tentang bagaimana kriteria mereka memilih pemimpin daerahnya?

Menengok Kriteria Islam
Ada baiknya kita sebagai seorang muslim menengok kembali sejarah dan ketentuan syari’at dalam memilih seorang pemimpin. Sahabat Abu Bakar ketika diangkat sebagai kholifah pertama, beliau berpidato,”wahai manusia,sesungguhnya aku telah diangkat menjadi pimpinan kalian, padahal aku bukan orang yang terbaik dari kalian. Jika kalian melihat aku berada diatas kebenaran, maka tolonglah aku. Dan jika kalian melihat aku berada diatas kebatilan,maka luruskan aku. Taatlah padaku selagi aku takut kepada Allah di tengah kalian, dan jika aku durhaka pada-Nya, maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk taat kepadaku.”
Ungkapan sahabat utama tersebut merupakan cerminan yang harus diutarakan tokoh Islam ketika didaulat menjadi pemimpin. Islam sangat berbeda dengan konsep yang dibawa oleh politik bangsa Barat (baca:politik Jahiliah). Kepemimpinan dalam Islam dihitung sebagai alat atau jalan, dan otomatis tidak menjadi tujuan. Kepemimpinan merupakan tanggungjawab sehingga sedapat mungkin dipikul sebagai amanah dan rasa takut.
Adapun Islam telah menyodorkan kriteria seorang untuk menjadi pemimpin. Pertama, harus muslim. Al Mawardi dan Al Ghozali menyebut sifat-sifat pemimpin hanya ada pada orang Islam. Misalnya, bertaqwa dan mampu berijtihad karena mengetahui hukum-hukum Islam. Kedua, akhlakul karimah. Penegasan tentang akhlakul karimah ini sangat jelas. Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul, beliau selalu legitimed dari aspek moral. Oleh karena itu, beliau diberi gelar Al Amin. Ketiga, kepabelitas (kemampuan leader dan manajerial) menjadi syarat seorang pemimpin, termasuk mampu mengendalikan kondisi yang terjadi.
Imam Abu Ya’la menjelaskan, “kalau ada dua kandidat yang dicalonkan, sedang potensi yang menonjol dari satu orang adalah kepandaian, dan dari satunya lagi adalah keberanian, maka dilihat kebutuhan hidup masyarakat saat itu. Bila yang dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengembangkan wilayah-wilayah Islam untuk menumpas kedloliman atau karena umat sedang dalam ancaman musuh, seorang pemimpin pemberani lebih diutamakan. Adapun bila masyarakat berada dalam keterbelakanga dan, kebodohan, maka pemimpin yang berilmu lebih didahulukan”.
Semoga pilihan masyarakat kita tidak hanya asal memilih yang terkenal, apalagi hanya lantaran mereka adalah artis. Kalaupun toh yang baik dan amanah itu adalah seorang artis, maka kita tidak meniatkan memilih mereka karena keartisannya akan tetapi karena kebaikan dan amanahnya. Kalau fakta yang ada menunjukkan masyarakat kita memilih pemimpin daerahnya karena keartisannya, maka saya khawatir ini adalah cermin mind set masyarakat kita yang lebih condong memilih pemimpin selebritis.
Harapan kita adalah para pemimpin kita yang terpilih pada panggung pilkada di berbagai daerah adalah orang yang sanggup memikul amanah sebagaimana Abu Bakar yang memikulkan makanan untuk penduduknya yang kelaparan. pemimpin yang jujur, adil, peduli, dan mampu mengantarkan masyarakatnya sejahtera dunia dan akhirat. Semoga kepala daerah kita adalah seorang pemimpin yang muslim, alim, arif, bijaksana, dan peduli dengan penegakan syariat. Selain itu, semoga pemimpin kita yang terpilih mampu mengantarkan bangsa ini menjadi “Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofur”, dan tidak hanya sekedar pemimpin selebritis. Wallohua’lam